KOMPAS.com - Apabila Anda mengamati dengan jeli, akhir-akhir ini kita sering berpapasan atau bertemu dengan orang-orang yang sedang bersin, batuk dan pilek. Salah satu penyebab batuk dan pilek adalah virus influenza yang menyerang organ pernapasan manusia. Virus ini bisa disebarkan dengan cepat melalui bersin.
Gangguan kesehatan ini sedikit banyak dapat mengganggu kegiatan sehari-hari kita, bahkan mengurangi kualitas istirahat malam kita. Alhasil, tidak heran bila orang akan cenderung melakukan segala cara untuk mempercepat kesembuhan.
Untuk tahu cara yang paling efektif meredakan gejala virus ini, pertama-tama kita perlu mengenal karakteristik dari virus influenza terlebih dahulu.
Dilansir dalam salah satu situs akademisi Florida State University, Dr. Michael W. Davidson, partikel penyebab influenza adalah virus yang berasal dari famili Orthomyxoviridae yang berbentuk bola dengan diameter rata-rata 82 millimikron.
Baca juga: Kenapa Penyakit Flu Bikin Badan Ngilu dan Sakit Semua?
Permukaan luar dari virus ini mengandung kaki-kaki glikoprotein yang terbuat dari gula dan protein yang menempel pada lapisan pembungkus berupa lipid bilayer yang diambil dari sel yang diinfeksinya (misal, sel dari manusia).
Mayoritas dari kaki glikoprotein ini adalah Hemagglutinin (HA) dan sisanya adalah Neuraminidase (N), dan kaki ini akan menempel kepada reseptor sel yang diinfeksi.
Setelah menempel, ketika kadar keasaman mendukung, lapisan pembungkus virus akan menyatu dengan sel inang yang diinfeksi dan melepaskan materi genetiknya ke dalam sel inang. Virus kemudian akan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam sel yang ditunggangi untuk memperbanyak diri dan menginfeksi sel-sel sehat lainnya.
Selama ini, jenis virus flu yang menginfeksi dinamai berdasarkan komposisi HA dan NA nya. Sebagai contoh, flu babi yang disebabkan oleh virus H1N1 mengandung hemagglutinin tipe H1 dan Neuramidase jenis N1.
Jalan masuk virus-virus ini bervariasi, namun pada umumnya virus ini menyukai bagian tubuh yang berair atau berlendir, seperti rongga hidung, rongga mulut, kerongkongan, dan lain-lain. Virus ini akan melekat pada jaringan epidermis yang melapisi bagian-bagian tubuh ini kemudian memperbanyak diri.
Baca juga: Ini Alasan Kenapa Obat Flu Selalu Bikin Ngantuk
Serangkaian proses ini dideteksi oleh sel dendritik, salah satu komponen dari sistem kekebalan tubuh, yang kemudian mengaktivasi protokol pertahanan diri. Sebagian dari virus ini ditandai agar dapat dikenali oleh makrofag dan neutrofil agar menginisiasi apoptosis, yaitu kematian sel yang diprogram ketika ada patogen yang menyerang.
Apoptosis ini secara keseluruhan diinduksi oleh imunitas bawaan dan menyebabkan timbulnya dahak dan batuk. Sementara itu, timbulnya ingus dan mata berair disebabkan oleh imunitas adaptif yang menyerang virus influenza dengan menggunakan antibodi.
Sebagian dari virus influenza yang tidak dibunuh makrofag lantas akan diperkenalkan kepada sel memori untuk diingat apabila virus ini menyerang lagi di kemudian hari, dan tubuh akan membentuk antibodi untuk melawannya.
Sitokin yang merupakan bagian dari imunitas bawaan juga mengirimkan sinyal kepada hipotalamus pada otak untuk meningkatkan suhu tubuh sehingga terjadi demam.
Penanganan pertama yang umum dilakukan orang ketika terjadi demam adalah mengonsumsi penurun panas seperti parasetamol dan ibuprofen. Hal ini lumrah mengingat salah satu respons imun dari masuknya virus dalam tubuh.
Baca juga: Tenggorokan Sakit Saat Menelan, Penyakit Apa?
Namun, langkah kedua yang juga umum dilakukan adalah pemberian antibiotik. Hal ini kurang tepat mengingat penyebab gejala flu adalah virus, bukan bakteri.
Sangat sulit untuk menentukan apakah dahak pada batuk disebabkan oleh bakteri atau virus hanya dari suara atau warna dahaknya saja.
Sebagai contoh adalah batuk pada penderita tuberkulosis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Harus dilakukan pemeriksaan kultur bakteri pada dahak untuk memastikan bahwa bakteri adalah penyebabnya. Pemeriksaan ini membutuhkan waktu yang lama sampai akhirnya diberikan antibiotik yang tepat untuk patogen penyebabnya.
Beberapa alasan mengapa antibiotik tidak dapat mengobati virus influenza antara lain adalah sebagian antibiotik menginterupsi pembentukan DNA, sedangkan materi genetik dari virus adalah RNA.
Sebagian antibiotik juga menarget dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri memiliki komposisi yang berbeda dengan amplop pembungkus virus, sehingga tentu saja antibiotik tidak dapat menarget dinding virus.
Cara yang paling tepat untuk mengobati flu adalah dengan beristirahat yang cukup. Dengan begitu, sistem kekebalan tubuh kita dapat bekerja dengan optimal selama kita beristirahat.
Apabila ingin mempersingkat durasi infeksius dari virus influenza, riset mengatakan bahwa mengonsumsi vitamin C dapat mengurangi keparahan gejala flu dan durasi infeksius.
Sebuah riset dari Harvard University menunjukkan bahwa responden dengan gaya hidup yang sangat aktif, seperti pelari maraton, tentara, dan olahragawan, yang mengonsumsi 200 mg vitamin C sehari akan mengurangi separuh risiko terkena virus flu.
Namun pada masyarakat pada umumnya, konsumsi vitamin C dengan jumlah yang sama tidak akan menghindarkan risiko terkena flu.
Dr. Brian Bistrian dari Beth Israel Deaconess Medical Center sebagai narasumbernya juga mengatakan bahwa 8 persen orang dewasa dari 11.000 responden mengalami durasi sakit satu hari lebih pendek ketika mengonsumsi vitamin C. Ini adalah jumlah yang cukup signifikan mengingat banyaknya cuti hari kerja yang tersita hanya dari penyakit flu ini saja.
Baca juga: Jangan Disamakan Lagi, Ini Beda Pilek dan Flu
Apabila ingin merasakan manfaat optimal dari vitamin C, konsumsi vitamin C sebaiknya dilakukan secara rutin dan tidak hanya ketika gejala penyakit mulai muncul.
Konsumsi vitamin C yang disarankan per hari tidak lebih dari 200 mg, karena pada dosis 400 mg sehari, vitamin C akan diekskresikan melalui air kencing dan pada dosis 2000 mg dapat menyebabkan rasa mual, diare, dan gangguan pencernaan lainnya.
Cara lain untuk mempercepat pulihnya tubuh dari virus flu adalah memastikan bahwa sirkulasi udara dalam ruangan berjalan dengan baik, karena ruangan yang terlalu kecil dan terkonsentrasi oleh virus akan memperlambat kesembuhan dengan menyebabkan infeksi baru.
Menutup mulut ketika bersin dan batuk, sering mencuci tangan, dan meminimalisir kontak dengan orang lain juga dapat mencegah dan mengurangi terjadinya persebaran virus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.