"Tapi, ya kita tidak bisa langsung mengoperasikan reaktor fusi jika reaktor yang fisi saja belum pernah mencoba," kata Terry.
Reaktor fisi dan reaktor fusi
Pada saat ini, sudah ada reaktor fisi yang konvensional dan tersedia secara komersial.
Reaktor fisi bekerja dengan menggunakan pemecahan atom sebagai sumber energinya. Dengan memborbardir inti atom menggunakan partikel berat, atom pecah menjadi unsur yang lebih ringan, dan dalam proses itu melepaskan energi yang teramat besar.
Baca juga: Akhir 2019, China Siap Bangun 20 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pemecahan atom terjadi jika bahan bakar yang ada ditembak dengan neutron. Hasilnya adalah dua neutron, di mana satu neutron menggantikan neutron sebelumnya dan sisanya menjadi fisi kembali. Ini merupakan reaksi berantai sehingga bisa menghasilkan energi secara terus-menerus.
Namun, dalam prosesnya reaktor fisi juga menghasilkan banyak unsur sisa yang bersifat radioaktif dan bisa bertahan hingga ribuan tahun. Inilah yang mebuat limbah nuklir dari reaktor fisi sangat berbahaya.
Nah, reaktor fusi merupakan penggabungan atom-atom dari unsur yang ringan menjadi unsur yang lebih berat. Proses kerjanya, menurut Terry, hampir sama dengan matahari.
Proses fusi menghasilkan limbah berupa Hidrogen 3. Meski juga bersifat radioaktif, limbah ini masih jauh lebih aman daripada limbah fisi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.