KOMPAS.com - Psikolog sosial dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Rizqy Amelia Zein, mengungkap kita tidak perlu melakukan apapun bila mendapat serangan atau bully-an di dunia maya.
"Merespons orang yang nyebelin di medsos, paling ampuh adalah dicuekin," ujar perempuan yang akrab disapa Amel itu kepada Kompas.com, Selasa (13/8/2019).
Dia mengatakan, ketika seseorang yang terus-terusan diserang memberikan respons, hal itu justru membuat orang yang melakukan serangan dengan kedua jempolnya, menjadi sangat bahagia.
Baca juga: Berkaca dari Viral Lisa Marlina, Psikolog Tekankan Pentingnya Empati
Amel menjelaskan, dalam ilmu psikologi ada istilah yang disebut ostracizing atau pengucilan.
"Ostracizing adalah hukuman sosial yang paling menyakitkan," ujar Amel.
Ketika "korban" serangan membiarkan pelaku sibuk dengan caciannya dan tidak menanggapinya, artinya eksistensi atau keberadaan pelaku tidak diakui.
"Namun kalau yang dibully memberikan respons agresif, setidaknya kita masih mengakui eksistensi orang yang menyebalkan itu," jelas Amel.
Respons agresif itu termasuk membalas serangan dan juga memblokir akun orang yang terus menerus menyerang.
"Mendiamkan orang yang nyebelin itu adalah hukuman paling ampuh dan menyakitkan buat netizen yang jempolnya julid," tandas Amel.
Untuk menyaring komen-komen di dunia maya dan agar pikiran tetap waras, Amel menyarankan untuk membatasi screen time.
"Paling baik memang batasi screen time dan matikan fitur komentar kalau di instagram, atau minimal matikan notifikasi," ujar Amel.
Melansir Tribunnews, aktivis 98 Faizal Assegaf kerap menyerang Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti lantaran kebijakan yang dibuat Susi.
Lewat akun twitternya, Faizal Assegaf kerap melontarkan cuitan yang mendeskreditkan Susi Pudjiastuti.
Mulai dari menyebut Susi Pudjiastuti sebagai "Ratu Bajak Laut" hingga menyematkan berita dan menuduh Susi Pudjiastuti sebagai buronan Polisi.
Saat itu, Susi masih menjabat sebagai Direktur Susi Air, mestinya sbg pengusaha kaya klu mau membantu tdk elok dgn mencuri BBM bersubsidi milik nelayan kecil.
Menteri Susi Ternyata Pernah Jadi Buronan Polisi https://t.co/9Pf2ssVAfm lewat @po_st
— Faizal Assegaf (@faizalassegaf) August 11, 2019
"Saat itu, Susi masih menjabat sebagai Direktur Susi Air, mestinya sbg pengusaha kaya klu mau membantu tdk elok dgn mencuri BBM bersubsidi milik nelayan kecil," tulis Faizal di akun twitternya @faizalassegaf Minggu (11/8/2019).
Atas cuitan tersebut, Susi pun membalas Faizal dengan menyisipkan link berita yang dimaksud Faizal.
"Makanya BACA lengkap sampai dengan selesai!!!! sebelum menghujat orang sembarangan!!!!" cuit Susi lewat akun twitter @susipudjiastuti, yang sepertinya ditujukan untuk Faizal Assegaf.
Makanya BACA lengkap sd selesai!!!! sebelum menghujat orang sembarangan!!!!
— Susi Pudjiastuti (@susipudjiastuti) August 11, 2019
Menteri Susi Ternyata Pernah Jadi Buronan Polisi - Bisnis https://t.co/KBFJyGNXpe https://t.co/apOOGJ7TY3
Di dalam berita tersebut ternyata tidak seperti yang ada termuat di dalam judul.
Baca juga: Menteri Susi Terima Penghargaan Kelas Dunia sebagai Leaders for a Living Planet
Di badan berita Susi justru yang mengungkapkan sendiri jika dirinya pernah menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO) Polisi karena ketahuan membawa 5 ton solar bersubsidi dari Medan ke Simeuleu, Aceh.
Hal tersebut dilakukan Susi untuk mendistribusikan BBM bersubsidi kepada nelayan-nelayan terpencil di Aceh yang tidak mendapatkan haknya.
Selain untuk nelayan, BBM bersubsidi itu juga digunakan untuk menyalakan generator listrik di wilayah-wilayah terpencil Aceh.
Warganet pun menyayangkan Faizal Assegaf seorang kolumnis dan mantan aktivis 98 yang ternyata tidak terliterasi dalam menanggapi sebuah berita.
Sumber: Tribunnews/Syaiful Syafar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.