Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: Erupsi Tangkuban Parahu Tak Akan Picu Aktivitas Sesar Lembang

Kompas.com - 27/07/2019, 19:23 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Erupsi freatik Gunung Tangkuban Parahu, Jawa Barat, Jumat sore (26/7/2019) pukul 15.48 WIB tidak membangkitkan sesar Lembang.

Aktivitas Gunung Tangkuban Parahu terekam dengan baik oleh sensor seismograph Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Stasiun Seismik Lembang (LEM).

Waktu tiba gelombang seismik tercatat pukul 15.50 WIB dengan durasi sekitar 4 menit.

Letusan Gunung Tangkuban Parahu tak hanya mengeluarkan hujan abu, tapi juga membuat warga panik.

Pasca erupsi freatik Gunung Tangkuban Parahu, banyak pertanyaan dilontarkan masyarakat terkait apakah erupsi Gunung Tangkuban Perahu dapat memicu gempa tektonik Sesar Lembang?

Menjawab pertanyaan ini, Daryono selaku Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG menjawab tidak.

Baca juga: Riwayat Erupsi Tangkuban Parahu, Ada 13 Letusan Sejak 1829 hingga 2019

"Karena gempa tektonik lazimnya disebabkan oleh interaksi antar lempeng tektonik atau aktivitas sesar aktif, bukan karena erupsi freatik gunung api," kata Daryono kepada Kompas.com, Sabtu (27/7/2019).

Catatan seismik erupsi Tangkuban Parahu. Catatan seismik erupsi Tangkuban Parahu.
Erupsi freatik adalah letusan yang tekanannya berasal dari pemanasan air tanah di bawah dasar kawah. Pemanasan yang konstan berlangsung di dasar kawah akan meningkatkan terbentuknya tekanan uap air yang kemudian meletup ke permukaan.

Daryono juga menerangkan, erupsi freatik adalah fenomena lokal. Sementara jarak antara Gunung Tangkuban Parahu dengan Sesar Lembang sejauh 6,96 km sehingga erupsi ini tidak akan memengaruhi kondisi tektonik Sesar Lembang.

"Kami mengimbau agar masyarakat Subang, Lembang, Bandung, dan sekitarnya tidak perlu cemas dan takut. Terkait Sesar Lembang, BMKG akan terus memonitor aktivitas seismiknya selama 24 jam selama 7 hari secara terus menerus. Selanjutnya BMKG akan segera menginformasikan kepada masyarakat jika ada peningkatan aktivitas kegempaan Sesar Lembang," kata Daryono.

Belajar dari fenomena terdahulu

Belajar dari beberapa peristiwa gempa tektonik destruktif akibat sesar aktif, biasanya aktivitas sesar didahului gempa-gempa mikro sebagai gempa pendahuluan (foreshocks).

Misalnya gempa Yogyakarta 2006 dengan kekuatan M 6,4, Gempa Lombok 2018 M 7, Gempa Palu 2018 M 7,5, dan Gempa Halmahera Selatan M 7,2.

"Semua gempa ini dipicu sesar aktif dan didahului aktivitas gempa pendahulan," jelas dia.

Untuk mewaspadai dan mengantisipasi aktivitas Sesar Lembang, BMKG saat ini memonitor dengan sangat ketat kemunculan gempa mikro di sepanjang jalur sesar.

Sementara untuk meningkatkan akurasi monitoring aktivitas sesar aktif di Provinsi Jawa Barat, BMKG pada tahun 2019 ini akan merapatkan jaringan sensor gempa dengan memasang 22 sensor seismik baru.

Rencana jaringan sensor gempa di Jawa Barat oleh BMKG, akan dipasang 2019 ini. Pemasangan seismograph ini digunakan untuk antisipasi sesar Lembang, Baribis dan Cimandiri di Jawa Barat. Rencana jaringan sensor gempa di Jawa Barat oleh BMKG, akan dipasang 2019 ini. Pemasangan seismograph ini digunakan untuk antisipasi sesar Lembang, Baribis dan Cimandiri di Jawa Barat.
"BMKG menjadikan Sesar Lembang sebagai salah satu prioritas monitoring aktivitas seismik di Indonesia karena potensinya cukup signifikan dan berdekatan dengan kota besar dengan permukiman padat," jelas Daryono.

Masalah tempat tinggal berdekatan dengan sesar aktif

Daryono berkata, kita tidak perlu cemas atau takut bila tempat tinggal berdekatan dengan sesar aktif.

"Tidak perlu (takut), informasi potensi gempa harus direspon dengan langkah nyata dengan memperkuat mitigasi," ujar dia.

Mitigasi struktural yang paling penting dilakukan adalah membangun bangunan dengan struktur yang tahan gempa bumi.

"Dengan mewujudkan semua langkah mitigasi maka kita dapat meminimalkan dampak, sehingga kita tetap hidup aman dan nyaman meski di daerah rawan gempa," imbuhnya.

Baca juga: Tangkuban Parahu Erupsi, Warganet Masih Mencari Sosok Sutopo

Indonesia sebagai negara rawan gempa memang benar adanya.

Oleh sebab itu, yang wajib dan penting dilakukan adalah mitigasi, kesiapsiagaan, kapasitas stakeholder, dan masyarakatnya, maupun infrastruktur untuk menghadapi gempa yang mungkin terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau