Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Milenial: Satu Jualan Jilbab Semua Jualan Jilbab, Kurang Inovasi

Kompas.com - 26/07/2019, 09:37 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

"Kita tidak mendapatkan manfaat maksimal dari bonus demografi kita."

Karena itu, CEO yang telah berkiprah di dunia bisnis sejak lebih dari dua dekade ini mengatakan para pemangku kepentingan di sektor ekonomi Indonesia perlu mendukung dan mencetak sekolah kejuruan.

Sekolah ini, menurutnya, akan melahirkan generasi yang punya keahlian dan terdidik secara spesifik dalam pekerjaan masa depan.

"Karena banyak perusahaan akan berubah pesat dalam 5-10 tahun mendatang. Kita akan punya 3D creators (pencetak tiga dimenasi) yang merevolusi aktivitas manufaktur, yang membutuhkan kemampuan mendesain ulang."

"Kita belum memiliki kemampuan itu saat ini. Padahal kita punya potensi."

Handry lantas mencontohkan sebuah perusahaan di Salatiga, Jawa Tengah.

"Mereka fokus di desain, mereka merekrut orang dari SMK (sekolah menengah kejuruan), mereka mendidik orang yang bukan lulus dari universitas untuk mendesain yang bisa terhubung dengan industri manufaktur dan mereka mengekspornya."

"Kita butuh lebih banyak perusahaan seperti ini," paparnya kepada ABC.

Di sisi lain, generasi milenial juga disebut sebagai pencetak lapangan kerja terbesar. Namun pemerintah disebut tidak boleh lengah dan harus segera memetakan bagaimana potensi mereka dan mengakselerasinya.

Pemerintah Indonesia harus memahami 'idea-based economy' yang menjadi aspirasi kaum milenial.

"Dan menurut saya itu sejalan dengan kebutuhan Indonesia ke depan di mana kita harus lebih mengedepankan idea-based economy bukan cuma sekedar komoditi atau sumber daya alam dan sebagainya," kata Ricky Joseph Pesik - Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) ketika ditemui di ABC di forum yang sama (22/7/2019).

Di bawah generasi milenial, tutur Ricky, ada perubahan paradigma dari model bisnis lama ke model bisnis baru.

"Misalnya di kuliner, saya kasih contoh, modelnya kan berubah di bawah milenial ini, di mana mereja bahkan sudah seperti start up kan gayanya.”

"Kita lihat kopi kenangan, fore, upnormal, kopi tuku, akan muncul hal-hal baru seperti inilah."

Baca juga: Trik Psikologi di Balik Belanja Natal yang Bikin Kantong Kering

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau