Psikolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Laelatus Syifa mengatakan, sikap kritis diperlukan jika ada suatu informasi yang viral di masyarakat.
Terkait dengan mudahnya isu tersebar, lanjut Laelatus, mungkin sebagian masyarakat merasa kabar ini secara tidak langsung mengena kepada penerima informasi.
"Informasi itu (mungkin) menarik emosi, jadi seseorang langsung aja nyebarin. Walau informasi itu kurang tau benar tidaknya," kata Laelatus saat dihubungi Kompas.com, Kamis (25/7/2019).
Secara psikologis, komentar tidak baik yang dikeluarkan akan membuat seseorang merasa lebih baik dibandingkan orang yang dikomentarinya tersebut.
Baca juga: Viral Tolak Gaji Rp 8 Juta, Ini yang Harus Diperhatikan Fresh Graduate
Laelatus mengatakan, masyarakat saat ini cenderung lebih mudah percaya terhadap informasi yang berbentuk gambar atau video.
"Walaupun sebenarnya itu narasi, tapi kan bentuknya screenshoot. Karena jarang yang mau baca. Orang itu tertarik ke visual," tutur dia.
Meskipun viral, isu ini tak berpengaruh banyak ke semua orang, kendati beberapa orang juga terlihat membandingkan dengan tawaran gaji fresh graduate ini.
"Kenapa orang membandingkan? Karena ada orang-orang itu membuat standar dengan melihat orang lain. Nah orang-orang ini yang kemudian terganggu," ujar Laelatus.
"Kalau misal orang tidak membanding-bandingkan juga tidak akan terpengaruh," lanjut dia.
Seseorang yang terpengaruh dari sisi psikologis, dapat membuat orang tersebut tidak puas terhadap kehidupannya, bahkan bisa menimbulkan depresi.
"Kalau misalnya yang story itu kan kita belum tahu kebenarannya. Kalau misal itu serius beneran ada orang yang menulis story itu, dia menilai dirinya tinggi," papar Laelatus.
Baca juga: Viral Tolak Gaji Rp 8 Juta, Ini Gaji Fresh Graduate Versi BPS
Laelatus pun tak mempermasalahkan jika seseorang merasa kurang dihargai dengan gaji yang ditawarkan, hingga memilih menolak pekerjaan itu.
Jika memang itu terjadi, pengekspresian di media sosial yang lebih harus berhati-hati.
"Ketika mengatakan dengan cara merendahkan orang lain atau institusi lain, nah itu mungkin ya tidak patut dalam sosial media," kata dia.
Laelatus mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya terhadap informasi yang ada dan menggunakan media sosial untuk hal-hal yang tidak menimbulkan konflik.
"Tidak usah terlalu mengurusi urusan pribadi orang lain (yang tidak berpengaruh terhadap kehidupan kita)," ujar Laelatus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.