Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagi Perempuan Jakarta, Susah untuk Tidak Galau antara Karir dan Keluarga

Kompas.com - 25/07/2019, 12:54 WIB
The Conversation,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Hal ini menandakan perempuan menghabiskan lebih banyak waktu di perjalanan, terutama bila menggunakan transportasi umum.

Hasil riset tentang perempuan yang memiliki anak yang masih kecil di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) menemukan bahwa waktu tempuh untuk bekerja yang panjang menambah biaya bagi perempuan yang ingin terus berkarier. Biaya tersebut diukur dari jumlah waktu di rumah yang yang hilang ketika perempuan bekerja.

Baca juga: Kisah Sally Ride, Astronot Perempuan Pertama NASA yang Mengangkasa

Masih kurangnya kebijakan yang mendukung ibu bekerja menjadi salah satu hal yang menyebabkan tingginya biaya tersebut. Contoh kebijakan yang tidak mendukung ibu bekerja adalah pemberian cuti melahirkan yang pendek, kurangnya TPA tepercaya/berkualitas, dan belum adanya skema bekerja dengan waktu yang fleksibel.

Lokasi tempat tinggal

Sebuah studi menemukan bahwa keluarga muda membeli rumah pertama mereka ketika ingin memiliki anak.

Di Indonesia, masih banyak yang mempercayai perlunya tempat tinggal untuk membangun keluarga. Membeli rumah dipandang lebih baik dibanding mengontrak rumah.

Namun, pasangan muda umumnya masih berada pada tahap awal meniti karir. Mereka belum memiliki cukup modal untuk membeli rumah yang dekat dengan tempat kerja karena harga properti di tengah kota sangat mahal.

Riset lain juga menunjukkan kaum pekerja di Jakarta cenderung memilih rumah di daerah pinggiran Jakarta karena harga rumah yang terjangkau dan sesuai dengan tingkat pendapatan mereka.

Tetapi, harga rumah yang terjangkau diimbangi dengan pengeluaran untuk biaya transportasi yang tinggi karena jarak menuju tempat bekerja menjadi cukup jauh.

Kisah Nila memberikan gambaran bagaimana biaya perjalanan dari dan ke tempat kerja lebih membebani perempuan dibandingkan laki-laki. Selain ongkos transportasi, lamanya perjalanan juga mengurangi waktu perempuan untuk bersama anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga.

Keluarga atau karier

Meskipun kesenjangan pendidikan antara perempuan dan laki-laki semakin rendah, tapi perempuan masih terikat pada pembagian peran gender yang masih tradisional. Masyarakat masih melihat bahwa peran utama perempuan adalah sebagai ibu dan istri, bukan sebagai perempuan yang bekerja.

Baca juga: Memasuki Masa Menopause, Apa yang Terjadi Pada Tubuh Perempuan?

Hal ini ditunjukkan dalam Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan Indonesia usia 15 tahun ke atas yang hanya berkisar pada angka 50 persen selama satu dekade terakhir. TPAK Jakarta bahkan lebih rendah dibanding angka nasional, yaitu 48,47 persen pada 2018.

Data juga menunjukkan bahwa partisipasi perempuan di Jakarta cenderung menurun setelah mereka memiliki anak.

Dan bila dibandingkan perempuan Indonesia pada umumnya, perempuan di Jakarta cenderung akan berhenti bekerja setelah mempunyai keluarga.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com