Dr Hari menjelaskan, risiko mengalami gangguan jiwa pun sangat mungkin terjadi pada narkoba golongan halusinogen.
"Pada pemakaian ganja misalnya, orang yang punya gen schiziphrenia, punya risiko lebih tinggi kemunculan schizophrenia, karena penggunaan ganjanya, terutama pada penggunaan yang berat," ujar dr Hari.
Biasanya, orang yang terlanjur mengonsumsi narkoba digadang-gadang tidak akan berhenti penggunaannya dan terus ketagihan.
Baca juga: Jefri Nichol Ditangkap Terkait Narkoba, Polisi Temukan Ganja 6,01 Gram
Dr Hari menjelaskan, proses ketergantungan terdiri dari banyak faktor, seperti kondisi biologis, genetik dan faktor eksternal yang meliputi dosis dan frekuaensi pemakaian narkoba.
Faktor eksternal ini akan menimbulkan toleransi, yaitu dosis akan semakin naik, dan jika dihentikan akan menunjukkan gejala putus zat.
"Yang perlu diperhatikan oleh generasi muda yang memang pada masa ini adalah masa ingin tahu, harus mengetahui risk and benefit ketika akan menggunakan sesuatu," ujar dr Hari.
Menurut dia, dengan penerapan risk and benefit ini, merupakan salah satu cara agar terhindar dari masalah penyalahgunaan narkoba.
Selain itu, penting juga untuk berani menyuarakan "tidak" pada tekanan rekan sebaya yang mengajak menggunakan narkoba.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan