KOMPAS.com - Belakangan jagat media sosial menganugerahkan gelar Godfather of Broken Heart pada Didi Kempot.
Bukan hanya julukan Lord Didi yang melambung, tembang-tembang lawasnya pun ikut merangkak naik dan digandrungi kawula muda yang menyebut diri mereka sobat ambyar.
Namun kenapa Didi Kempot dengan lagu Campursari berbahasa Jawanya melejit dan disukai banyak kalangan?
Laelatus Syifa, seorang psikolog dari Universitas Sebelas Maret Solo menuturkan, fenomena kembalinya Lord Didi tak lepas dari peran sosial media.
"Menurut saya, ini efek dari media sosial yang bisa memviralkan keasikan lagu Didi Kempot yang berbeda dengan lagu-lagu sekarang. Lagu Didi Kempot punya ciri khas tersendiri daripada musik saat ini," ungkap Syifa kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Senin (23/7/2019).
Baca juga: Sobat Ambyar, Ini Alasan Kita Senang Dengar Lagu Sedih Didi Kempot
Fungsi media sosial yang memviralkan lagu Didi Kempot berperan besar dalam menaikkan trend lama yang sudah berlalu.
Apalagi, lagu-lagu lama dirasa lebih mampu memberikan sensasi luapan perasaan seseorang.
Jika berbicara lagu Didi Kempot yang sarat patah hati dan kesendirian, Syifa menduga lagu-lagu pedih ini mampu menjadi perwakilan perasaan insan muda.
"Kalau dalam ilmu psikologi, seni memang bisa digunakan untuk mengekspresikan emosi. Istilahnya katarsis emosi," imbuh Syifa.
Meski banyak para milenial mulai menggemari Didi Kempot dan lagu-lagunya, Syifa menilai mereka bukan penggemar musiman yang hanya bertahan dalam waktu singkat dan ikut-ikutan trend.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.