Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dibilang Pemprov DKI Atasi Polusi, Faktanya Lidah Mertua Baru Ampuh Basmi Bau Amis

Kompas.com - 23/07/2019, 11:00 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menggagas pemakaian lidah mertua (Sansevieria trifasciata) untuk mengatasi masalah polusi udara. Proyek itu belakangan berbuah kritik karena dianggap tak menyelesaikan masalah.

Pemerintah Provinsi DKI sempat mengatakan bahwa keampuhan lidah mertua untuk atasi polusi udara terbukti dalam kajian Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) serta penelitian yang dilakukan oleh "universitas di Semarang". Penelusuran Kompas.com di sejumlah publikasi menemukan hal-hal berikut.

Dua penelitian dari Semarang, baru kajian

Dari penelusuran lewat Google Scholar, ada 2 penelitian dari Universitas Diponegoro, Semarang, tentang Sanseiveira, keduanya terbit di Jurnal Ilmiah Mahasiswa Volume 3 Nomor 1, April 2013. Keduanya baru bersifat kajian dan sangat umum.

Penelitian pertama menggagas penggunaan lidah mertua untuk pengharum alami guna melawan debu dan asap rokok. Karena baru berupa gagasan, tidak disajikan bukti keampuhan lidah mertua. Makalah cuma berakhir dengan saran agar lidah mertua dikemas lebih menarik dan ditempatkan di daerah yang padat perokok.

Baca juga: Pemprov DKI Akan Bagikan Tanaman Lidah Mertua untuk Tekan Polusi Udara

Riset kedua menggagas pemakaian lidah mertua untuk mengurangi polusi kota. Ini artinya polusi di luar ruang. Makalah menyajikan sejumlah langkah Semarang untuk mengatasi polusi, salah satunya dengan hutan kota. Namun, riset tak memaparkan bukti khusus tentang lidah mertua.

Atasi bau amis

Salah satu masalah polusi ruang adalah bau amis. Paitip Thiravetyan dari School and Bioresources and Technology King Mongkuts University of Technology di Thailand meneliti kemampuan lidah mertua dalam mengurangi bau amis yang disebabkan oleh senyawa trimethylamine (TMA) tersebut.

Thiravetyan merancang eksperimen dengan lidah mertua (hidup) dan serbuk lidah mertua. Jika lidah mertua hidup diinduksi agar stomata ("hidung" tanaman) terbuka, lidah mertua efektif menyerap TMA. Serbuk lidah mertua juga efektif mengurangi TMA lewat lilin yang masih dimiliki.

Formaldehida dan trikloro-etilen dalam kajian NASA

Mungkin ini penelitian yang paling banyak dibicarakan terkait lidah mertua. NASA memang meneliti lidah mertua sejak 1970-an sebab kala itu Amerika Serikat mengalami krisis minyak yang membuat listrik untuk pendingin ruangan jadi mahal.

Baca juga: Kajian NASA Buktikan Proyek Lidah Mertua Pemprov DKI Salah Kaprah

Formaldehida dan trikloro-etilen ditemukan di ruangan karena benda-benda yang kita gunakan diproses dengan senyawa itu, misalnya tas, kertas, hingga cat dinding. Tanaman yang diteliti NASA tidak cuma lidah mertua, tetapi juga bambu dan sri rejeki (Aglaonema modestum).

Dalam riset itu, lidah mertua terbukti menyerap senyawa racun, tetapi caranya tak semudah ditaruh di ruangan. Lidah mertua ditaruh dalam pot berisi karbon aktif yang dilengkapi lampu untuk induksi stomata dan saluran untuk air buangan.

Cara kerja lidah mertua juga tak seperti yang dibayangkan. Karbon aktif menyerap bahan kimia berbahaya. Mikroba yang bersimbiosis dengan akar lidah mertua kemudian menyerap senyawa itu dan menggunakannya sebagai bahan dasar fotosintesis.

Rancangan penelitian NASA tentang lidah mertua dan polusi ruangan.NASA Rancangan penelitian NASA tentang lidah mertua dan polusi ruangan.

China juga punya gagasan seperti Anies

Apakah gagasan Anies sepenuhnya salah? Tidak juga. Hanya belum terbukti secara ilmiah. Sebab, polutan di luar ruangan bukan hanya formaldehida dan trikloro-etilen. Ada karbon monoksida, karbon dioksida, timbal, hingga partikel debu.

Baca juga: [KLARIFIKASI] Penjelasan LIPI soal Viral Tanaman Dieffenbachia Beracun

Para peneliti di China sebenarnya juga punya gagasan seperti Anies, menggunakan tumbuhan untuk mengurangi polutan atau senyawa racun. Dalam biologi, pendekatan ini disebut phylloremediation. Salah satu yang umum dan telah terbukti adalah penggunaan eceng gondok untuk menyerap logam berat.

Tapi, China pun sampai sekarang juga baru taraf gagasan. Mereka mengidentifikasi sejumlah tanaman yang potensial. Pada saat yang sama, China juga mengakui bahwa langkah pertama adalah mengurangi sumber polutan itu sendiri, dari kendaraan pribadi hingga asap pabrik dan pembangkit listrik.

Bondan Ariyanu, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, juga mengamini bahwa langkah utama yang harus dilakukan Jakarta adalah mengurangi sumber polutan. "Beri tilang atau tindakan tegas pada kendaraan umum dan pribadi yang masih ngebul knalpotnya," ujarnya Senin (22/7/2019).

Lidah mertua, atau tanaman apa pun, bisa diteliti untuk membantu mengurangi polusi. Tanaman sirih gading (Epipremnum aureum) lewat riset baru-baru ini terbukti bisa membantu mengurangi partikel polutan PM 2.5. Tapi tetap, tanaman apa pun tidak bisa jadi satu-satunya cara menghilangkan polutan.

Baca juga: Ahli Bikin Lem Jaring Spiderman di Dunia Nyata untuk Lindungi Tanaman

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau