Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/07/2019, 18:35 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Sumber Geek.com

KOMPAS.com - Meski ada banyak riset serta penelitian mengenai perilaku hewan, nyatanya masih banyak seputar tingkah laku mereka yang belum kita pahami. Salah satunya adalah perilaku sekelompok kera barbary liar yang hampir punah ini.

Untuk kali pertama, kelompok kera tersebut terlihat menghibur dan mengadopsi kera muda yang terluka dari kelompok lain. Kera muda berusia tiga tahun itu terluka parah karena kecelakaan lalu lintas, serta terpisah dari kelompoknya. Kera yang kemudian diberi nama Pipo ditemukan sendirian oleh kelompok lain.

Baca juga: Punya Gigi Unik, Spesies Kera Purba Baru Ditemukan di Indonesia

Menariknya, kelompok kera barbary itu kemudian mendekati, merawat, dan menerima Pipo dalam kelompok mereka. Padahal, mereka sama sekali tidak memiliki hubungan sosial. Selain itu, kera barbary liar biasanya tidak ramah terhadap kera dari kelompok lain, sehingga perilaku empati yang ditampilkan tersebut merupakan hal yang tidak biasa.

Kasus ini pun dapat menunjukkan kalau kera liar memiliki bentuk dasar empati terhadap individu yang bahkan tak dikenal.

Pipo sempat tinggal di tengah-tengah kelompok baru tersebut selama empat bulan sebelum akhirnya kembali ke kelompoknya sendiri. Perilaku empati yang belum terlihat sebelumnya ini diamati di Taman Nasional Ifrane di Pegunungan Atlas Tengah Maroko.

"Kami pikir hanya kera yang sangat muda yang dapat diterima dalam sebuah kelompok. Namun, ternyata kera remaja seperti Pipo pun juga dapat masuk dalam sebuah kelompok baru," kata Liz Campbell, ilmuwan dari Oxford University dan International Fund for Animal Welfare (IFAW) yang menggambarkan perilaku kera barbary dalam jurnal Primates.

Baca juga: Jangan Ditanyakan Lagi, Ini Alasan Kera Tidak Berevolusi Jadi Manusia

Selain perilaku empati tersebut, para peneliti mengetahui jika kera barbary juga membentuk kelompok sosial sebagai upaya untuk melindungi diri dari kerasnya lingkungan Pegunungan Atlas yang bersalju.

Kera barbary sendiri merupakan spesies primata yang diklasifikasikan terancam punah oleh IUCN. Jumlah spesies ini telah menurun dalam beberapa dekade terakhir. Saat ini, hanya ada sekitar 8.000-10.000 kera barbary yang tersisa di dunia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Geek.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Bagaimana Cara Mendiagnosis Mati Otak?

Bagaimana Cara Mendiagnosis Mati Otak?

Oh Begitu
Analisis BMKG Gempa Bumi M 6,7 di Kepulauan Talaud

Analisis BMKG Gempa Bumi M 6,7 di Kepulauan Talaud

Fenomena
Mengapa Ayam Berkokok Saat Setelah Bertelur?

Mengapa Ayam Berkokok Saat Setelah Bertelur?

Oh Begitu
Apa yang Terjadi Saat Otak Mati?

Apa yang Terjadi Saat Otak Mati?

Oh Begitu
Apakah Ada Cara Memperlambat Proses Penuaan?

Apakah Ada Cara Memperlambat Proses Penuaan?

Oh Begitu
BMKG Prediksi Musim Kemarau 2023 Berakhir pada Akhir Oktober

BMKG Prediksi Musim Kemarau 2023 Berakhir pada Akhir Oktober

Fenomena
Kloroplas Tanaman Berpotensi Jadi Obat untuk Penyakit Huntington

Kloroplas Tanaman Berpotensi Jadi Obat untuk Penyakit Huntington

Oh Begitu
Jangan Asal Buang, Sampah Rumah Tangga Ini Juga Limbah Berbahaya

Jangan Asal Buang, Sampah Rumah Tangga Ini Juga Limbah Berbahaya

Kita
Apakah Ada Makanan yang Membuat Kentut Berbau?

Apakah Ada Makanan yang Membuat Kentut Berbau?

Oh Begitu
Fakta-fakta Menarik Bayi Gajah, Tak Hanya Suka Mengisap Belalai

Fakta-fakta Menarik Bayi Gajah, Tak Hanya Suka Mengisap Belalai

Oh Begitu
Apakah Gajah Afrika Bisa Kawin dengan Gajah Asia?

Apakah Gajah Afrika Bisa Kawin dengan Gajah Asia?

Oh Begitu
Ilmuwan Temukan Bahan Bakar 'Aman Api'

Ilmuwan Temukan Bahan Bakar 'Aman Api'

Fenomena
Apakah Ikan Juga Minum Saat Merasa Haus?

Apakah Ikan Juga Minum Saat Merasa Haus?

Oh Begitu
Bagaimana Cincin Saturnus Terbentuk?

Bagaimana Cincin Saturnus Terbentuk?

Fenomena
Mengatasi Polusi Udara dengan Teknologi Plasma

Mengatasi Polusi Udara dengan Teknologi Plasma

Fenomena
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com