"Gempa ini menjadi alarm pengingat bahwa kita patut waspada," tegasnya.
"Manifestasi sikap waspada dapat diwujudkan dengan membenahi upaya mitigasi secara menyeluruh, baik upaya mitigasi struktural maupun non struktural, bukan dalam bentuk sikap ketakutan dan kecemasan, serta sikap yang tidak produktif," tutur Daryono.
Meski lindu kemarin menunjukkan zona subduksi lempeng selatan Bali masih aktif, tapi catatan sejarah juga dapat menunjukkan potensi gempa kuat di Bali.
"Satu-satunya peristiwa gempa besar akibat aktivitas subduksi lempeng selatan Bali adalah peristiwa Gempa Bali 21 Januari 1917," kata Daryono.
"Gempa yang terjadi pagi hari pukul 6.50 WITA ini episenternya berada di Samudra Hindia sebelah tenggara Pulau Bali," tembahnya.
Daryono juga mengutip Fox (2010), gempa ini menyebabkan 1.500 orang meninggal, merusak 64.000 bangunan rumah termasuk beberapa istana, 10.000 lumbung beras, dan 2.431 Pura, termasuk Pura Besakih.
Dalam catatan lain, Soloviev (1974), gempa ini memicu tsunami di Klungkung hingga Benoa setinggi 2 meter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.