Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Panjang Upaya Menangkal Anemia pada Remaja Putri Indonesia

Kompas.com - 16/07/2019, 20:36 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Masalah kekurangan gizi pada remaja putri Indonesia masih sangat signifikan. Setidaknya sepertiga dari remaja putri di negara kita mengalami anemia karena kekurangan gizi.

Padahal bila tidak segera ditangani, anemia atau kondisi kekurangan sel darah yang mengandung hemoglobin bisa menyebabkan banyak dampak buruk dalam kehidupan remaja putri.

Bagi remaja putri itu sendiri, Ir Doddy Izwardi, MA, selaku Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan menyampaikan bahwa anemia bisa mempengaruhi kesehatan fisiknya, menghambat konsentrasinya di sekolah sehingga prestasinya menurun.

Kemudian bila remaja putri memilih untuk menjadi ibu, anemia bisa meningkatkan kemungkinan komplikasi dan masalah perkembangan janin, ungkap Doddy dalam bincang-bincang Kampanye Cegah Anemia yang diadakan di Jakarta, Selasa (16/7/2019).

Sri Kusyuniati, Direktur Nutrition International Indonesia, mengatakan kepada Kompas.com via telepon pada Selasa (16/7/2019) bahwa kekurangan gizi parah pada 1000 hari pertama anak sejak dalam kandungan bisa membuat kemampuan kognitif anak tersebut terbatas.

Baca juga: Alami Anemia, Paling Tepat Periksa ke Dokter Apa?

“Bila melihat gambar otak, jelas sekali perbedaan antara yang penuh gizi dan kurang gizi. Yang satu (yang penuh gizi) besar, yang satu (yang kurang gizi) kecil. Masa perkembangan (otak) itu hanya 1-2 tahun pertama, kalau lewat susah (memperbaikinya). Kalau pun diberi makanan yang bergizi ya sudah terlambat,” ujarnya.

Siswi SMAN1 Bondowoso 058 menerima TTD (Tablet Tambah Darah)Nutrition International Siswi SMAN1 Bondowoso 058 menerima TTD (Tablet Tambah Darah)

Oleh karena itulah, pemerintah Indonesia berfokus untuk memperbaiki gizi selama 1.000 hari pertama kehidupan sejak dalam kandungan. Salah satu upayanya adalah dengan melaksanakan program Suplementasi Tablet Tambah Darah Mingguan yang didukung oleh Nutrition International.

Tablet tambah darah (TTD) ini mengandung zat besi dan asam folat yang merupakan komponen awal untuk mengejar kekurangan gizi.

Tujuannya, ungkap Sri, adalah mempersiapkan remaja putri agar ketika hamil sudah bergizi baik. Dengan demikian, siklus kekurangan gizi antar generasi bisa diputuskan.

Sayangnya, kini yang menjadi persoalan terbesar adalah kepatuhan untuk mengikuti anjuran konsumsi TTD karena kurangnya informasi. “Banyak ibu-ibu hamil itu, yang walaupun sudah disediakan pil (TTD), tidak mau meminumnya,” kata Sri.

Baca juga: Negara Lain Sudah ke Luar Angkasa, Sanitasi Sekolah Kita Masih Kurang

Untuk itu, Nutrition International menyediakan bahan-bahan informasi yang dibutuhkan bidan untuk menyampaikan pentingnya pil ini. Dukungan serupa juga dilakukan untuk mencegah anemia pada remaja putri melalui program Right Start dan MITRA Youth.

Organisasi nirlaba tersebut membantu melatih staf dinas-dinas terkait dan guru; mendukung perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan; serta mengembangkan media komunikasi. Harapannya, peserta didik, guru dan anggota masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan tentang gizi yang baik dan pencegahan anemia.

Program Right Start dan MITRA Youth ini merupakan kolaborasi antara Nutrition International dan pemerintah Indonesia dengan dukungan dari Pemerintah Kanada dan Australia. Total investasi yang dikucurkan sebesar 3,6 juta dollar Kanada atau sekitar Rp 36 milyar agar program ini bisa mencapai para remaja putri di 9.000 sekolah di Jawa Barat, Banten, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.

Selain turut serta dalam pelaksanaan program Suplementasi Tablet Tambah Darah Mingguan, Nutrition International juga mendukung pemerintah dalam pengembangan strategi nasional untuk penanggulangan anemia.

Baca juga: Komnas Perempuan Tegaskan, Kehamilan Remaja Hanya Beri Tekanan Fisik dan Psikis

Sri mengungkapkan bahwa pihaknya sedang mendorong pemerintah Indonesia untuk menyediakan multivitamin yang lebih lengkap gizinya daripada TTD bagi remaja putri.

“Jadi kita akan punya program atau pilot project yang memberi remaja multivitamin. Lalu, kita akan ukur Hb-nya (kadar hemoglobin) sebelum dan setelah diberi multivitamin,” katanya.

Namun, yang masih menjadi kendala adalah harga multivitamin yang mahal. Oleh sebab itu, Nutrition International sedang mengupayakan multivitamin yang terjangkau.

Di samping multivitamin, Sri berkata bahwa hal yang paling mendesak lainnya adalah mendorong Kementerian Perindustrian untuk mengizinkan fortifikasi zat besi ke dalam gandum.

“Sekarang ini kan banyak orang mengonsumsi gandum dari mi goreng atau kue, dan lain-lain. Kalau itu dimasuki zat besi, (maka) sudah tidak perlu minum pil TTD. Otomatis sudah dapat,” ujarnya.

Dia lantas mengatakan bahwa meskipun perusahaan gandum yang diajak berkomunikasi oleh organisasinya sudah bersedia untuk melakukan fortifikasi zat besi, Kementerian Perindustrian masih ragu untuk mengeluarkan izinnya karena fortifikan atau pencampurannya harus diimpor dari luar negeri.

Padahal, fortifikasi zat besi ke dalam gandum dinilainya dapat mengurangi anemia secara massal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com