KOMPAS.com - Sejak kemarin media sosial diramaikan dengan video yang menunjukkan ribuan ikan terdampar di Pantai Canggu, Badung, Bali.
Dalam video berdurasi singkat itu, tampak puluhan warga kegirangan menangkap dan mengumpulkan ikan yang terdampar.
Menurut keterangan singkat dalam video yang beredar, peristiwa ini berlangsung pada Senin malam (15/7/2019) sekitar pukul 19.00 WIB.
Melansir Tribun Bali, warga memastikan bahwa ikan yang terdampar itu adalah ikan jenis lemuru.
Baca juga: Viral Video Ribuan Ikan Terdampar di Pantai Canggu, Dikaitkan Gempa Bali Hari Ini, Benarkah?
"Memang sekarang sedang musim ikan lemuru dan dua minggu lalu juga ada. Istilahnya bukan terdampar, jadi banyak ikan sedang musim," ungkap Suko Wardono, Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BSPL) Denpasar.
Berkaitan dengan fenomena ini, banyak warganet yang mengaitkannya dengan gempa berkekuatan M 6,0 yang mengguncang Bali pagi tadi.
Namun benarkah ikan dapat merasakan getaran seismik dan menjadi petunjuk akan adanya gempa?
Ahli gempa dan tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko berpendapat, fenomena terdamparnya ikan dalam jumlah masal di Pantai Canggu tidak berhubungan dengan gempa pagi tadi.
"Saya berpendapat, fenomena ini tidak terkait dengan gempa bumi pagi ini. Habitat lemuru ada di Selat Bali, kenapa di Banyuwangi tidak ada fenomena serupa? Saya kira ada faktor lain," ujar Wingko kepada Kompas.com, Selasa (16/7/2019).
Menurut Dr Agung Budiharjo, Dosen Program Studi Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mengaitkan keberadaan ikan dalam jumlah banyak dengan gempa.
"Meski beberapa fenomena di beberapa wilayah terjadi seperti itu, misalnya ikan oar banyak dikaitkan dengan gempa Jepang atau anakan sidat dengan gempa Sumatera 2004, tapi sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang mengaitkan keduanya," tegas Agung kepada Kompas.com, Selasa (16/7/2019).
Lebih lanjut Agung menjelaskan, ikan laut secara biologi memang memiliki organ yang peka dan mampu mendeteksi getaran di sekitarnya, tapi hal ini belum bisa menjadi alasan ilmiah terkait keberadaan ikan di Pantai Canggu kemarin sebelum gempa pagi tadi.
"Kemampuan ikan untuk mendeteksi getaran hanya digunakan sebagai alat komunikasi ikan. Sehingga getaran gempa belum bisa dikaitkan secara langsung dengan keberadaan ikan yang terdampar," jelas Agung.
Secara kasatmata ikan yang tampak dalam video memang mirip lemuru. Namun, Agung tidak dapat memastikannya karena perlu pengamatan secara langsung.
"Andaikan ikan tersebut adalah ikan lemuru, maka keberadaan ikan terdampai di pantai adalah wajar saja secara ilmiah," ungkap Agung.
Sebagai informasi, ikan lemuru memijah atau berkembang biak setahun sekali pada bulan Oktober hingga Desember. Karena hal ini, wajar jika pada bulan Juli ukuran ikan seperti yang terekam dalam video.
Agung melanjutkan, ikan lemuru tersebar di perairan antara Banyuwangi, Bali, dan Lombok. Mereka adalah ikan pemakan plankton yang berkoloni dalam jumlah besar dan bermigrasi mengikuti sumber makanan.
"Di sisi lain, keberadaan plankton sangat dipengaruhi iklim. Pada cuaca dingin seperti kemarau seperti ini, bisa menimbulkan kematian plankton dalam jumlah besar secara tiba-tiba," imbuh dia.
Dampaknya, pada akhir musim hujan kemarin populasi ikan lemuru mengalami booming karena makanan melimpah.
Kemudian secara tiba tiba akibat perubahan musim yang agak ekstrem, plankton menghilang. Entah karena mati atau populasinya turun drastis.
Hal ini mengakibatkan ikan lemuru yang tadinya dalam jumlah besar, kehilangan sebagian besar sumber pakan sehingga mereka tidak mampu bertahan hidup, tidak cukup energi untuk bertahan melawan arus, atau kadang terjadi kematian massal.
Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Ikan Asin, Bantu Eropa Temukan Dunia Baru
"Pada bulan-bulan seperti ini, arah arus laut di Bali dan sekitarnya cenderung mengarah ke Pulau Bali atau ke pantai. Sehingga ikan lemuru tersebut akan terdorong arus menuju pantai di Bali, termasuk di (Pantai) Canggu," papar Agung.
"Karena dinamika populasi ikan tersebut terkait musim, maka tidak tertutup kemungkinan kejadian seperti ini pernah terjadi di waktu sebelumnya atau akan terjadi pada waktu yang akan datang," tutup Agung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.