Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seri Baru Jadi Ortu: Apakah Bayi Harus Dibedong?

Kompas.com - 16/07/2019, 16:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Sumber


KOMPAS.com - Di Indonesia, membedong bayi adalah tradisi yang terus diwariskan dari generasi ke generasi. Ada yang masih menjalaninya, ada pula yang sudah mulai melepaskan tradisi tersebut.

Konon, bedong dapa menghangatkan tubuh bayi dan mencegah mereka jatuh sakit karena kedinginan.

Ada juga yang percaya, tujuan bedong untuk menjaga bentuk kaki bayi. Bayi yang kakinya sering dibungkus dengan kain diharapkan dapat tumbuh lurus dan tidak bengkok seiring dengan bertambahnya usia.

Berbagai persepsi dan tradisi seperti membedong bayi ini sudah mengakar dan tumbuh dengan kuat di dalam pikiran masyarakat, terutama di Indonesia. Namun apakah bayi harus dibedong dan apakah keyakinan tersebut benar?

Baca juga: Seri Baru Jadi Ortu: Dibanding Baby Walker, Ahli Sarankan Anak Dititah

Dalam artikel Hello Sehat, dr. MN Ardi Santoso, M. Kes, Sp.A menjelaskan, secara ilmiah membedong tidak memiliki manfaat khusus selain menjaga kehangatan bayi. Perlu dicatat bahwa membedong bayi juga tidak wajib dilakukan.

Anda bisa menjaga kehangatan tubuh sang bayi dengan cara lain, misalnya mengatur suhu ruangan supaya tidak terlalu dingin dan mengenakan pakaian dengan bahan yang nyaman untuk si kecil.

Sementara untuk keyakinan membedong dapat membuat kaki bayi lurus, itu tidak benar. Membedong tidak akan memberikan pengaruh apapun pada bentuk kaki bayi.

Saat bayi baru lahir, kaki bayi pasti berbentuk bengkok karena mengikuti posisi ketika masih berada di dalam kandungan.

Secara alamiah, kaki bayi akan tumbuh lurus seiring dengan bertambahnya usia. Proses ini berlangsung secara bertahap hingga bayi kurang lebih berusia 3 tahun.

Jadi, tanpa perlu dibedong atau diluruskan pun kaki bayi akan tetap tumbuh normal dan lurus sendiri pada waktunya.

Apabila Anda tetap ingin membedong bayi, hal tersebut sah-sah saja dilakukan. Namun, perlu diingat bahwa tujuan membedong bayi bukan untuk meluruskan kaki, melainkan hanya untuk menjaga kehangatan tubuh bayi.

Adakah risiko membedong bayi?

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika membungkus tubuh bayi dengan kain.

Anda harus ingat bahwa tubuh bayi masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Jadi, jika membedong dilakukan dengan menarik kaki dan mengikatnya, hal tersebut justru dapat mengganggu tumbuh kembang bayi.

Kaki bayi yang ditarik dan diikat terlalu kencang malah bisa menghambat perkembangan sendi kaki. Lebih lanjut lagi, kemungkinan saraf-saraf yang ada di sekitar kaki bayi akan mengalami masalah.

Baca juga: Seri Baru Jadi Ortu: Apa Ayah Bisa Mengalami Baby Blues?

Jika Anda ingin membedong bayi, lakukan dengan cara membedong yang aman dan tidak berisiko. Berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda lakukan saat membedong bayi.

1. Pilih jenis kain yang tepat

Hal pertama yang harus Anda perhatikan adalah pemilihan kain untuk membedong. Pastikan Anda memilih kain dengan bahan yang nyaman dan lembut untuk bayi.

Selain tebal dan hangat, kain untuk membedong tidak boleh terbuat dari bahan yang kasar supaya kulit bayi terhindar dari iritasi.

2. Jangan ikat kain terlalu kencang

Satu lagi yang tidak kalah penting, yaitu hindari mengikat kain bedongan pada bayi terlalu kencang. Kaki dan tangan bayi tidak boleh ditarik atau diluruskan secara paksa ketika dibungkus dengan kain.

Anda juga harus memastikan bayi tetap bisa bergerak dengan nyaman dan leluasa selama dibedong.

3. Tak perlu membedong bayi seharian penuh

Anda tidak perlu terus menerus membedong bayi seharian. Bayi cukup dibedong seperlunya saja, misalnya saat udara dingin dan bayi sedang tertidur.

Dengan begitu, si kecil tetap bisa bergerak bebas dan tumbuh kembangnya tak terganggu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau