Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Penelitian, Sistem Zonasi Sekolah Memang Tidak Adil

Kompas.com - 21/06/2019, 17:07 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Penerapan sistem zonasi PPDB menuai kritikan dari para orangtua. Sistem ini dinilai tidak adil karena bisa membuat anak kalah dengan yang nilainya lebih rendah untuk masuk ke suatu sekolah hanya karena rumahnya lebih jauh.

Di Amerika Serikat, ketidakadilan sistem zonasi juga pernah disoroti dalam sebuah laporan oleh Brookings Institution yang berjudul “Housing Costs, Zoning, and Access to High-Scoring Schools”.

Laporan ini mempelajari kaitan antara zonasi, harga rumah dan nilai ujian sekolah dengan menganalisis data nilai ujian nasional dari 84.077 sekolah di 100 area metropolitan terbesar AS pada tahun 2010 dan 2011.

Para peneliti menemukan bahwa kebijakan zonasi membatasi akses terhadap perumahan murah di daerah yang lebih makmur dan mengurangi kesempatan edukasi bagi siswa dari keluarga berpendapatan rendah.

Baca juga: Negara Lain Sudah ke Luar Angkasa, Sanitasi Sekolah Kita Masih Kurang

“Edukasi yang baik penting bagi masa depan ekonomi seorang anak, dan di mana Anda mampu membeli rumah memiliki pengaruh besar terhadap kesempatan anak Anda untuk mendapatkan edukasi tersebut,” ujar Jonathan Rothwell, salah satu penulis studi dan mantan peneliti dari Brookings Institution yang kini telah menjadi pakar ekonomi senior di Gallup.

“Pada mayoritas area metropolitan, satu-satunya cara untuk masuk ke sekolah yang mendapat nilai ujian nasional lebih tinggi adalah dengan tinggal di perumahan mahal. Ini membuat anak-anak yang lahir di bawah kesulitan naik ke atas,” lanjutnya.

Pasalnya, studi menemukan bahwa performa sekolah dapat memengaruhi harga rumah di sekitarnya. Rumah-rumah di sekitar sekolah dengan nilai ujian nasional yang lebih tinggi rata-rata 2,4 kali lebih mahal daripada rumah-rumah di sekitar sekolah dengan nilai ujian rendah.

Anda mungkin berpikir bahwa wajar saja bila anak-anak yang tinggal dan bersekolah di daerah yang lebih makmur mendapat nilai yang lebih tinggi karena lingkungan rumah yang kuat seringkali dikaitkan performa sekolah yang lebih baik.

Baca juga: Kontroversial, Italia Larang Anak yang Belum Divaksin Masuk Sekolah

Namun, hasil analisis Brookings Institute juga menemukan bahwa data dari 51.613 sekolah di 35 negara bagian menunjukkan bahwa siswa dari keluarga berpendapatan rendah bisa mendapat nilai ujian nasional yang lebih tinggi bila belajar di sekolah yang berperforma tinggi.

Temuan ini, ungkap Rothwell, sesuai dengan hasil studi Century Foundation pada 2010 yang dilaksanakan oleh Heather Schwartz dari RAND corporation.

Untuk diketahui, dalam studi Century Foundation, Schwartz dan kolega mempelajari performa siswa dari keluarga yang memenangkan rumah murah di wilayah Montgomery, Maryland, AS.

Mereka menemukan bahwa siswa dari keluarga berpendapatan rendah yang mendapat kesempatan untuk hidup di perumahan yang lebih makmur dan belajar di sekolah yang lebih makmur memiliki performa sekolah yang lebih baik daripada siswa yang keluarganya mendapat rumah dan bersekolah di area yang angka kemiskinannya tinggi.

Untuk menyelesaikan permasalahan ini, para peneliti mengusulkan beberapa rekomendasi. Salah satu yang paling radikal adalah menghapuskan sistem zonasi yang bersifat eksklusif sepenuhnya. Namun bila zonasi tetap ingin dipertahankan, Rothwell sebagai seorang pakar ekonomi menyarankan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi di dalam zonasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau