Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Tetapkan "Fenomena Kelelahan Bekerja" Jadi Penyakit Internasional Baru

Kompas.com - 14/06/2019, 17:35 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

KOMPAS.com - Jika Anda mengatakan Anda menderita 'burnout' pada awal 1970-an, Anda mungkin membuat beberapa orang keheranan.

Pada saat itu, istilah ini digunakan secara informal untuk menggambarkan efek samping yang dialami oleh pecandu narkoba berat: penurunan kemampuan mental, seperti yang juga dialami penggila pesta.

Namun, ketika psikolog Jerman-Amerika Herbert Freudenberger pertama kali mengakui masalah burnout -atau kelelahan yang disebabkan pekerjaan- di sebuah klinik untuk pecandu dan tunawisma di New York City pada tahun 1974, Freudenberger tidak berbicara tentang pengguna narkoba.

Relawan klinik juga benar-benar berjuang: pekerjaan mereka intens, dan banyak yang mulai merasa kehilangan motivasi dan kehabisan tenaga.

Baca juga: Jangan Anggap Remeh, Bekerja Shift Malam Tingkatkan Risiko Keguguran

Meskipun mereka pernah merasakan pekerjaan mereka memuaskan, mereka menjadi sinis dan tertekan; mereka tidak memberi pasien mereka perhatian yang layak mereka terima.

Freudenberger mendefinisikan kondisi baru yang mengkhawatirkan ini sebagai kondisi kelelahan yang disebabkan oleh terlalu banyak pekerjaan yang berlebihan - dan meminjam istilah 'burnout' untuk menggambarkannya.

Popularitasnya meledak, dan burnout hari ini adalah fenomena global. Meskipun statistik tentang prevalensi burnout secara khusus sulit didapat, 595.000 orang di Inggris saja menderita stres di tempat kerja pada tahun 2018.

Olahragawan mengalaminya. Bintang YouTube mengalaminya Pengusaha mengalaminya. Freudenberger sendiri pun akhirnya mendapatkannya.

Akhir Mei lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut burnout sebagai "fenomena kelelahan bekerja". Lembaga ini juga mengklasifikasikannya dalam Penyakit Internasional terbaru, di mana ia digambarkan sebagai sindrom "stres kronis akibat pekerjaan yang belum berhasil dikelola".

Menurut WHO, burnout memiliki tiga elemen: perasaan lelah, terasing dari pekerjaan dan kinerja yang buruk di tempat kerja.

Tetapi menunggu sampai Anda benar-benar kelelahan untuk melakukan sesuatu tentang hal itu sama sekali tidak membantu — dan Anda tidak akan menunggu untuk mengobati penyakit lain sampai semuanya terlambat.

Perasaan terbakar

Jadi bagaimana Anda bisa tahu jika Anda hampir - tetapi tidak cukup - kelelahan?

"Banyak tanda dan gejala burnout sangat mirip dengan depresi," kata Siobhan Murray, seorang psikoterapis yang berbasis di County Dublin, Irlandia, dan penulis buku tentang kelelahan, The Burnout Solution.

Murray menyarankan agar berhati-hati dengan kebiasaan buruk, seperti konsumsi alkohol yang meningkat dan mengandalkan gula untuk membantu Anda menjalani hari.

Juga waspadai perasaan lelah yang tidak akan hilang.

Baca juga: Terlalu Lelah Bekerja Saat Hamil Pengaruhi Ukuran Janin

"Sehingga bahkan jika Anda tidur nyenyak, pada jam 10 pagi Anda sudah menghitung mundur jam untuk tidur. Atau tidak punya energi untuk berolahraga atau berjalan-jalan," ujar Murray.

Segera setelah Anda mulai merasakan hal ini, Murray menyarankan pergi ke dokter.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com