Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Percaya Lagi, Wabah Zombie Tak Akan Muncul di Dunia Nyata

Kompas.com - 13/06/2019, 11:29 WIB
Julio Subagio,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kita mungkin tidak asing dengan skenario zombie apocalypse alias wabah zombie hidup yang sering muncul di berbagai media kultur populer, seperti game Resident Evil, serial The Walking Dead, atau film World War Z.

Kepopuleran skenario ini bahkan telah mendorong beberapa orang untuk mempersiapkan diri menghadapi potensi ancaman zombie apocalypse di dunia nyata. Mulai dari membuat bunker pribadi, mengoleksi berbagai senjata, menimbun banyak persediaan makanan, serta mengumpulkan berbagai survival kit yang mungkin berguna suatu saat nanti.

Namun, apakah kondisi ini benar-benar dapat terjadi di dunia nyata?

Kemungkinan besar tidak. Perilaku mirip zombie memang dapat dijumpai pada beberapa hewan, seperti serangga yang terinfeksi jamur Cordyceps atau Ophiocordyceps yang kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri.

Namun, fenomena ini tidak dijumpai pada hewan berukuran besar, apalagi pada manusia.

Baca juga: Atasi Penuaan, Ilmuwan Buat Obat Lawan Sel Zombie

Peranan sistem saraf dan oksigen

Meski demikian, seumpama ada virus atau patogen lain yang dapat mengubah mayat menjadi zombie benar-benar eksis sekalipun, kita tidak perlu takut. Menurut para ahli, ada beberapa faktor yang menjadikan zombie tidak berbahaya.

"Pemikiran bahwa zombie dapat bergerak dan mencari mangsa itu sangat salah. Mereka tidak bisa bergerak ke mana-mana," ujar Kimberlee Moran, ahli arkeologi forensik dari Rutgers University, dilansir dari Science News for Students.

Moran menjelaskan bahwa setelah seseorang meninggal, maka tubuh kehilangan faktor pendorong untuk dapat bergerak.

"Otak mengendalikan pergerakan tubuh melalui impuls listrik yang mengalir dari otak hingga keseluruhan sistem saraf. Saat seseorang meninggal, maka impuls tersebut hilang dan seluruh gerakan potensial pun turut lenyap," terang Moran.

Bahkan jika ada patogen yang sanggup memicu kemunculan kembali impuls saraf tersebut, tidaklah cukup untuk dapat menanggung bobot tubuh manusia.

"Hal yang akan terjadi adalah rigor mortis (kejang otot)," ujarnya.

Saat seseorang meninggal, sel tidak seketika ikut mati. Banyak proses yang berlangsung di dalam sel masih akan tetap berlanjut, namun mereka tidak menerima asupan oksigen karena napas telah terhenti.

Keberadaan oksigen dibutuhkan untuk mengisi ulang "baterai" sel. Sel bergantung pada "baterai molekuler" yang dinamakan adenosine triphosphate (ATP), yang dapat diproduksi terus-menerus oleh sel saat sel mendapat asupan oksigen secara konstan.

Tanpa oksigen, siklus pembuatan ATP ini terhenti, sehingga sel harus bergantung pada aktivitas produksi energi secara anaerobik yang juga dapat menghasilkan ATP, meski dalam jumlah yang sangat sedikit

Tapi, metabolisme anaerobik ini punya kelemahan, yaitu produk samping berupa asam laktat. Penumpukan asam laktat dapat menyebabkan kram serta nyeri otot dan sendi.

"Tiga hingga enam jam pasca kematian, akan terjadi rigor mortis, sehingga zombie akan terus berada di tempatnya tanpa bisa bergerak," lanjutnya.

Baca juga: Gara-gara Jamur, Semut Bisa Berubah Menjadi Zombie

Pembusukan

Bahkan sebelum terjadinya rigor mortis, tubuh akan terlebih dahulu mulai membusuk.

Sel memiliki enzim yang dapat mencerna sel itu sendiri. Saat sel masih hidup, enzim ini tersimpan dalam wadah khusus yang memisahkannya dari bagian sel lain, yakni pada organel yang memproses sisa metabolisme.

Tapi setelah sel mati, enzim akan dibebaskan dan mulai mencerna sel secara menyeluruh, melalui proses yang disebut autolisis.

"Sel akan terurai dan mengeluarkan cairan lendir. Segalanya akan menjadi lembek dan lunak sebelum akhirnya menjadi cairan busuk," tambah Moran.

Hal ini termasuk seluruh organ dan otot, yang diperlukan zombie untuk dapat bergerak.

Selain pembusukan lewat enzim, keberadaan bakteri di sistem pencernaan juga dapat mempercepat proses penguraian ini.

"Saat manusia meninggal, maka tidak ada makanan yang masuk. Bakteri akan kekurangan asupan makanan dan mulai mencerna tubuh inangnya sendiri," jelas Moran.

Proses ini akan memproduksi bau busuk yang kerap muncul dari bangkai busuk.

"Tidak ada yang membahas mengenai bau zombie. Seharusnya baunya begitu kuat sampai-sampai kita dapat mendeteksi kedatangannya dari kejauhan," lanjutnya.

Perlindungan oleh serangga

Bukan hanya manusia saja yang dapat mengenali dan mencium bau busuk ini. Lalat dan berbagai serangga pemakan bangkai lain akan berdatangan dan mengerubungi tubuh yang membusuk dalam sekejap.

"Yang pertama kali datang adalah lalat bangkai. Mereka memiliki antena sensitif yang dapat mencium aroma bangkai sejauh 16-19 kilometer sehingga bisa datang dalam hitungan menit saja," ungkap Nancy Miorelli, seorang entomolog (ahli serangga) dan komunikator sains.

Lalat bangkai dewasa tidak mengonsumsi daging manusia, tapi larva mereka sangat menyukai daging. Lalat akan menaruh telur pada bangkai, hingga telur menetas dan menghasilkan belatung.

Belatung ini akan melahap cairan yang dihasilkan pasca pembusukan oleh sel dan bakteria.

"Sisanya hanya tinggal rambut, tendon, kulit, dan tulang, yang semuanya sulit dicerna," ujar Miorelli.

Namun sisa ini juga dapat diuraikan oleh serangga lain, seperti kumbang daging yang memiliki rahang kuat untuk dapat mengunyah dan memecah sisa tubuh yang belum dilahap oleh belatung.

Baca juga: Mungkinkah Penyakit Rusa Zombie Dapat Menular ke Manusia?

Jadi, pada dasarnya alam tidak akan memungkinkan zombie dapat bergerak cukup jauh untuk mencapai lokasi anda, karena zombie akan membusuk dan diserang kerumunan serangga terlebih dahulu sebelum dapat mencari mangsa.

"Anda dapat tidur nyenyak dan tidak perlu takut pada zombie," pungkas Moran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com