1. Ketakutan berlebihan dan tidak masuk akal yang berlangsung terus menerus, biasanya terjadi ketika mendapati atau mengantisipasi obyek atau situasi tertentu yang menjadi pencetus fobianya.
2. Paparan terhadap pencetus fobia hampir selalu menyebabkan respons kecemasan mendadak, yang kemudian bisa menjadi panic attack. Pada anak-anak, kecemasan mungkin ditunjukkan dengan menangis, mengamuk, kedinginan atau melekat erat.
3. Orang tersebut menyadari bahwa ketakutannya berlebihan atau tidak sesuai proporsi ancaman yang sebenarnya. Pada anak-anak, fitur ini mungkin tidak ada.
4. Situasi yang mencetuskan fobia dihindari atau ditanggung dengan kecemasan intens atau kesengsaraan.
5. Penghindaran, antisipasi dengan kecemasan atau kesengsaraan ketika mengalami situasi yang ditakutkan secara signifikan menganggu rutinitas normal orang tersebut, aktivitas sosial atau hubungannya, atau ada kesulitan besar yang dialami karena memiliki fobia tersebut.
6. Ketakutan bersifat terus menerus, biasanya berlangsung lebih dari enam bulan.
7. Kecemasan, panic attack atau penghindaran yang diasosiasikan dengan obyek atau situasi spesifik tersebut tidak disebabkan oleh gangguan mental lainnya, seperti gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres pasca-trauma, fobia sosial, gangguan panik dan lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.