Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Temukan Manusia Hanya Punya 43 Persen Sel Manusia, Apa Maksudnya?

Kompas.com - 30/05/2019, 11:41 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

Teka-teki kanker

Karen Sfanos, asisten profesor patologi, onkologi, dan urologi pada Johns Hopkins University School of Medicine, menyatakan para peneliti setidaknya 70 persen kekebalan tubuh manusia dan sel kekebalan ada di dalam saluran pencernaan.

Ia tengah mempelajari kaitan antara mikroba dan kanker.

"Masih ada banyak kanker di luar sana di mana kita tidak memahaminya bahkan apa penyebab kankter tersebut. Kita telah berusaha untuk memecahkan teka-teki ini, dan hingga saat ini, setengah dari kepingan teka-teki itu masih belum terpecahkan karena kita bahkan tidak mengetahui setengah dari kepingan teka-teki yang ada," tutur Sfanos.

"Ada begitu banyak pengetahuan yang harus kita peroleh dan harus kita teliti untuk memahami pengaruhnya yang mendalam yang kemungkinan disebabkan oleh semua mikroba ini baik apa pemicu kanker namun juga terapi yang dibutuhkan terhadap terapi kanker tertentu," tambahnya.

Apa yang mempengaruhi semua mikroba ini dalam tubuh orang dewasa sebagian besar adalah pola makan dan jenis-jenis tanaman yang berbeda yang dimakan oleh seseorang.

"Dengan pola makan yang tinggi lemak atau tidak sehat, dapat menyebabkan aktifnya mikroba yang menyebabkan peradangan. Pola makan ini dapat menyebabkan peradangan di saluran pencernaan, dan sayangnya, dalam skenario ini, peradangan yang terjadi dalam saluraan pencernaan dapat memiliki efek jangka panjang pada banyak sistem organ lannya di tubuh kami," tutur Sfanos.

Satu perusahaan, DayTwo, menggunakan temuan mikroba di saluran pencernaan ini untuk menanggulangi diabetes.

"Keanekaragaman dan jumlah bakteria yang banyak di saluran pencernaan adalah peramal yang sangat berguna dalam memperkirakan bagaiman orang memproses makanan," tutur Josh Stevens, presdir DayTwo.

Karena bakteri pada saluran pencernaan setiap orang berbeda, bagaimana tubuh beraksi pada gula juga berbeda pada setiap orang.

"Jadi dengan membuat profil saluran masing-masing orang, kita dapat benar-benar menolong orang untuk mendapatkan resep yang dibuat khusus untuk masing-masing orang untuk makanan yang dapat berfungsi untuk mereka," tutur Stevens.

Baca juga: Bagaimana Evolusi Wajah Manusia Selama Lebih dari 4 Juta Tahun?

Membedakan yang baik dari yang buruk

Mikroba dalam tubuh berubah setiap hari. Semakin banyak ilmuwan yang melakukan penelitian semua mikroba ini untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.

Hasil yang diperoleh benar-benar menjajikan dalam mengobati infeksi yang diperoleh dari rumah sakit yang disebut C-diff.

"Anda dapat mengobati C. diff dengan mengambil tinja dari orang yang sehat dan memberikannya pada orang yang sakit," kata Knight.

"Pada umumnya mereka yang sakit akan pulih dalam waktu dua hingga tiga hari. Peluang untuk sembuh mencapai 90 persen, dibandingkan dengan antibiotika yang tingkat kesembuhannya mencapai 30%," sambungnya.

Prosesnya adalah dengan mencampur sampel tinja dari orang yang sehat ke dalam sebuah cairan preparat dan memberikannya kepada orang yang sakit lewat pipa penyalur atau kolonoskopi.

Para peneliti tengah bekerja merintis masa depan di mana ada pendekatan yang lebih tepat untuk memisahkan bakteri yang jahat dan memasukkan mikroba yang lebih baik ke dalam tubuh untuk meningkatkan kesehatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com