Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Ziarah Kubur saat Lebaran dan Manfaatnya, Menurut Sains

Kompas.com - 29/05/2019, 19:01 WIB
Julio Subagio,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Di awal bulan Ramadhan serta beberapa hari menjelang hari raya Idul Fitri, masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan untuk ziarah kubur, mengunjungi makam orang tua atau sanak saudaranya.

Hal ini biasa dilakukan berbarengan dengan saat mudik. Sehingga, seseorang bukan hanya pulang kampung dan bersilaturahim dengan sanak saudara tapi juga mengenang anggota keluarga yang telah tiada.

Bahkan, mungkin ziarah juga dilakukan sambil napak tilas berkeliling tempat-tempat yang menyimpan kenangan masa kecil.

Praktik mengunjungi pemakaman sebenarnya tidak hanya dilakukan di Indonesia saja. Hampir seluruh kebudayaan di dunia memiliki ritual untuk menghormati leluhur yang telah meninggal, diiringi dengan pemanjatan doa serta praktik lainnya.

Baca juga: Lebih Perasa, Perempuan Berkabung Hingga 4 Tahun Atas Kematian Sahabat

Lantas, sejak kapan tradisi ini terpelihara? Apa pula yang mendasari nenek moyang melakukan ritus tersebut? Serta, bagaimana ritus tersebut bisa mempengaruhi kehidupan manusia?

Memento mori

Di kebudayaan klasik Yunani dan Romawi kuno, ziarah kubur dikenal istilah memento mori, yang secara harfiah berarti ‘ingatlah akan kematian’.

Hal ini serupa dengan berbagai praktik untuk mengunjungi pemakaman dan penghormatan terhadap leluhur di kebudayaan lainnya, yakni untuk mengingat bahwa kehidupan suatu saat akan berakhir.

Kematian merupakan subjek yang umum dibicarakan, karena dapat kita jumpai hampir setiap harinya. Namun, menyadari kematian diri sendiri yang tidak terelakan dan dapat menjemput kapan saja, merupakan hal yang jarang singgah di pikiran kita.

Berkontempelasi mengenai kematian merupakan salah satu hal yang dapat mendorong kita menjalani hidup dengan sepenuh hati.

Manusia menjadi termotivasi untuk menjaga hubungan baik dengan orang di sekitar kita, mengerjakan aktivitas semaksimal mungkin, dan mensyukuri waktu yang kita habiskan bersama orang yang berharga bagi kita.

Dalam menyikapi kematian, mungkin kita merupakan spesies yang unik.

Kebanyakan hewan tidak memahami konsep kematian. Bagi mereka, jasad hanyalah suatu objek, bukan jenazah sisa kerabat atau sesamanya.

Meski demikian, beberapa spesies hewan nampaknya mengenal konsep kematian. Bahkan, beberapa hewan menunjukkan kesedihan dan ratapan sepeninggal kematian sesamanya, khususnya pada mamalia.

Pada hewan ini pulalah terdapat semacam ritual untuk berkabung dan berduka pasca-kematian, misalnya pada gajah, anjing, dan beberapa primata.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau