Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chairul Hudaya, Ph.D

Ketua Program Studi S2 Multidisiplin Teknik Sistem Energi, Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Peneliti Baterai di Research Center for Advanced Vehicle (RCAVe) FTUI.

"Blue Bird" Listrik Hadir, Saatnya Indonesia Membangun Pabrik Baterai Lithium Ion

Kompas.com - 25/05/2019, 20:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Nikel adalah salah satu komponen dalam baterai lithium-ion jenis NCA (Nickle Cobalt Aluminum Oxide) dan NMC (Nickle Manganese Cobalt Oxide). Sedangkan untuk jenis LTO (Lithium Titanate Oxide), LCO (Lithium Cobalt Oxide) dan LFP (Lithium Ferro Phosphate) tidak menggunakan Nickel didalam komponennya.

Prosentase kandungan Nickle dalam NCA bisa mencapai 88 persen dan untuk NMC berkisar 33 persen. Baik NCA, NMC, LFP, dan LCO adalah material katoda, sementara LTO adalah material anoda. Jadi yang sedang dibangun di IMIP bukanlah pabrik baterai lithium ion, melainkan pengolahan bijih Nikel.

Namun demikian, dari isu tersebut, selayaknya kita mulai memikirkan untuk benar-benar membangun pabrik baterai lithium ion jika memang serius ingin mengembangkan kendaraan listrik. Motor, sepeda listrik, serta aplikasi energi terbarukan dan ragam sistem ketenagalistrikan membutuhkan baterai lithium ion sebagai sumber utama listriknya.

Biasanya kita lantas bertanya, dari mana dananya dan adakah ahlinya? Nah, Kita sebenarnya dapat mengambil nilai (value) dari era teknologi disruptif dan era revolusi Industri 4.0 ini.  Salah satu nilai dalam era tersebut adalah dengan mempererat dan memperbanyak kolaborasi.

Menurut saya, jika kita menginginkan dibangunnya pabrik baterai lithium-ion, maka kita dapat bekerjasama dengan pabrikan yang telah berpengalaman di bidangnya. Daripada memulainya dari nol (from the scratch), lebih baik kita menggandeng principal yang telah berpengalaman dalam bidang ini sambil menggali potensi akan unsur-unsur mineral lainnya seperti lithium, cobalt, mangan, tembaga, alumunium dan sebagainya.

Tren harga baterai lithium ion kedepan semakin menurun. Bloomberg New Energy Finance memprediksikan harga baterai lithium ion pada tahun 2025 kurang dari US$ 130/kWh, atau 36% lebih rendah dibandingkan pada tahun 2019. Kesempatan ini perlu dimanfaatkan oleh Indonesia untuk mengembangkan dan memproduksi baterai lithium ion didalam negeri. Apakah kita rela hanya menjadi pasar kendaraan listrik dari negara lain?

Baca juga: Siap-Siap, Kebutuhan Energi Meningkat Dua Kali Lipat pada 2050!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau