KOMPAS.com - Anjing merupakan sahabat manusia sejak ribuan tahun lalu. Mereka bisa menemani kita dan siap memberikan senyum termanisnya.
Namun apa makna senyum anjing? Apakah sama seperti manusia yang tersenyum saat merasa bahagia? Dan apakah anjing benar-benar tersenyum pada kita?
Pertanyaan ini mungkin pernah terlintas dalam benak kita, hal yang sama pun dipikirkan para ilmuwan.
"Mempelajari anjing adalah kesempatan unik untuk memahami komunikasi sosial antar spesies," ujar Alex Benjamin, seorang associate dosen di bidang psikologi yang juga mempelajari kognisi anjing di Universitas York, Inggris.
Baca juga: Serba Serbi Hewan, Benarkah Kucing Takut Ketimun?
Merujuk Live Science, Minggu (19/5/2019), sebagian besar studi menemukan bahwa anjing dan manusia memiliki komunikasi yang unik. Bukan hanya lewat senyuman, anjing juga bisa melakukan kontak mata.
Sebuah studi yang terbit di jurnal Current Biology menguji bagaimana serigala dan anjing berupaya membuka tutup wadah berisi daging.
Dalam eksperimen itu, serigala tampak segera menyerah dan pergi menjauh ketika wadah tidak bisa dibuka. Namun anjing akan melakukan kontak mata dengan manusia, seakan mereka meminta tolong bantuan manusia untuk membuka wadah tersebut.
Studi lain yang diterbitkan jurnal Science menemukan, kadar oksitosin atau hormon yang berperan dalam ikatan sosial pada anjing dan manusia akan meningkat ketika keduanya melakukan kontak mata. Menariknya, semakin tinggi kadar oksitosin pada anjing maka semakin lama mereka menatap manusia.
"Kontak mata adalah mekanisme dasar untuk melakukan kerja sama. Pada anjing, mereka tidak bisa berkomunikasi lewat bahasa tapi bisa menggunakan kontak mata dengan manusia," jelas Benjamin.
Ini berarti, kontak mata penting bagi anjing untuk berkomunikasi dan juga mengumpulkan informasi.
Lantas bagaimana dengan ekspresi wajah anjing yang menggemaskan?
Pertanyaan ini juga menarik perhatian Juliane Kaminski, seorang yang mempelajari kognisi anjing dan bekerja di bidang psikologi komparatif Universitas Portsmouth, Inggris.
Untuk meneliti ekspresi wajah anjing, Kaminski dan timnya mengunjungi tempat penampungan anjing.
Mereka menggunakan alat yang disebut sistem sandi penyelidik wajah (FACS) untuk mengukur setiap menit gerakan anjing ketika berinteraksi dengan manusia.
Setelah itu, peneliti melacak waktu yang dibutuhkan untuk membuat seekor anjing diadopsi.