Sebelum menunjukkan gejalanya, cacar monyet biasanya diawali dengan periode inkubasi selama 6-16 hari.
2 Periode infeksi:
1. Periode invasi
Selama 5 hari sejak gejala dimulai, pasien mengalami demam, sakit kepala intens, pembengkakan nodus limfa atau limfadenopati, nyeri punggung, nyeri otot dan kekurangan energi.
2. Periode erupsi kulit
Periode ini terjadi 1-3 hari setelah demam dimulai. Pada periode inilah, ruam mulai muncul dari area wajah dan menyebar ke seluruh tubuh. Pada 95 persen kasus, wajah pasien menjadi bagian yang paling banyak mengalami ruam, disusul dengan telapak tangan dan kaki (75 persen kasus).
Ruam ini bermula dari luka datar di area membran mukosa oral (70 persen kasus). Selain itu, luka juga bisa terjadi pada area kelamin (30 persen), kelopak mata (20 persen) dan kornea atau bola mata.
Dalam waktu 10 hari, luka kemudian berevolusi menjadi lepuhan kecil berisi cairan, bintil, dan akhirnya kerak. WHO menulis bahwa untuk menghilangkan kerak ini sepenuhnya, diperlukan setidaknya waktu tiga minggu, meskipun pasien telah menjalani perawatan untuk cacar monyet.
Sebelum ruam menghilang, pasien juga biasanya menunjukkan kembali gejala khas cacar monyet, yaitu pembengkakan nodus limfa.
Pencegahan
Sayangnya belum ada perawatan atau vaksin khusus untuk menangani cacar monyet.
Studi menunjukkan bahwa vaksin variola 85 persen efektif dalam mencegah cacar monyet. Namun, vaksin ini sudah tidak lagi diproduksi untuk khalayak umum menyusul eradikasi variola global.
Oleh sebab itu, cara terbaik untuk menghentikan penyebaran cacar monyet adalah mencegah infeksinya. Salah satunya dengan menghindari kontak dengan tikus dan primata. Batasi konsumsi darag dan daging yang tidak dimasak dengan benar.
Penyakit cacar air disebabkan oleh virus Varicella zoozter dan biasanya ditularkan melalui pernapasan dan kontak langsung dengan lesi orang yang terinfeksi.
Cacar air biasanya dapat sembuh dalam waktu 1-2 minggu, dan kondisi ini ditandai dengan munculnya lenting dan ruam kemerahan di wajah dan tubuh, kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Meski tidak mengancam jiwa, komplikasi bisa terjadi.