Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Temukan Cara Bikin Nyamuk Malas Gigit Manusia

Kompas.com - 14/05/2019, 20:05 WIB
Julio Subagio,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Sumber phys.org

KOMPAS.com – Gigitan nyamuk bukan hanya mengganggu aktivitas harian karena rasa gatal yang ditimbulkannya, tetapi juga berpotensi menyebarkan berbagai penyakit, seperti malaria, chikungunya, dan demam berdarah.

Namun, saat ini muncul harapan baru untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Para peneliti dari Univesita degli Studi di Pavia, Italia, menemukan bahwa memberi makan nyamuk dengan gula dapat menurunkan ketertarikannya terhadap manusia, melalui proses yang diatur oleh protein vitellogenin.

Studi ini dilakukan dengan cara memberi makan nyamuk macan (Aedes albopictus) betina muda dengan larutan gula. Hal ini mengakibatkan peningkatan energi konstan dan mengurangi kecenderungannya untuk mencari kulit manusia untuk dihisap.

Baca juga: Ahli Klaim Dentuman Musik Skrillex Bisa Hentikan Gigitan Nyamuk

Nyamuk betina memiliki kecenderungan mengonsumsi darah untuk menyediakan energi dan nutrisi yang dibutuhkannya dalam pembentukan dan perkembangan telur. Namun, mereka juga dapat menjadikan gula sebagai suplemen tambahan, yang umumnya diperoleh dari nektar pada bunga.

Melalui proses sekuensi transkriptomik, terungkap bahwa konsumsi gula mengakibatkan perubahan ekspresi gen yang  memiliki hubungan dengan penurunan perilaku menggigit manusia. Setidaknya, ada 23 gen, termasuk gen vitallogenin Vg-2, yang berperan dalam perkembangan ovarium.

Eksperimen dengan RNA interference (RNAi) untuk menginterupsi ekspresi gen Vg-2 mengembalikan ketertarikan nyamuk terhadap manusia, sehingga mengonfirmasi temuan ini.

Diketahui bahwa vitallogenin, protein prekursor untuk kuning telur, dapat mempengaruhi reproduksi dan perilaku mencari makan pada ratu dan pekerja di serangga sosial seperti lebah dan semut. Namun, ini kali pertama diketahui peranannya dalam serangga soliter seperti nyamuk.

Baca juga: Ada di Kakinya, Alasan Nyamuk Ogah Hinggap di Kulit Berlosion Anda

Meski demikian, tingkat ekspresi vitallogenin tinggi hanya dijumpai pada nyamuk betina muda saja, sebagai strategi kompensasi terhadap kegagalan penimbunan energi pada fase larva.

Temuan ini membuka potensi baru bagi pencegahan penyebaran penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, seperti malaria, demam berdarah, dan zika, yaitu dengan manipulasi vitallogenin.

“Dalam konteks ini, tim peneliti kita berfokus pada mekanisme molekuler yang mengendalikan perilaku pencarian mangsa oleh nyamuk, khususnya ketertarikan terhadap manusia. Jika kita dapat mengubah jalur molekuler ini dan mengurangi motivasi nyamuk untuk menggigit manusia, maka kita dapat menurunkan populasi nyamuk, juga mencegah penyebaran berbagai penyakit,” papar Paolo Gabrieli, peneliti yang terlibat dalam studi.

Temuan ini dipublikasikan di jurnal PloS Biology.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau