KOMPAS.com – Gigitan nyamuk bukan hanya mengganggu aktivitas harian karena rasa gatal yang ditimbulkannya, tetapi juga berpotensi menyebarkan berbagai penyakit, seperti malaria, chikungunya, dan demam berdarah.
Namun, saat ini muncul harapan baru untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Para peneliti dari Univesita degli Studi di Pavia, Italia, menemukan bahwa memberi makan nyamuk dengan gula dapat menurunkan ketertarikannya terhadap manusia, melalui proses yang diatur oleh protein vitellogenin.
Studi ini dilakukan dengan cara memberi makan nyamuk macan (Aedes albopictus) betina muda dengan larutan gula. Hal ini mengakibatkan peningkatan energi konstan dan mengurangi kecenderungannya untuk mencari kulit manusia untuk dihisap.
Nyamuk betina memiliki kecenderungan mengonsumsi darah untuk menyediakan energi dan nutrisi yang dibutuhkannya dalam pembentukan dan perkembangan telur. Namun, mereka juga dapat menjadikan gula sebagai suplemen tambahan, yang umumnya diperoleh dari nektar pada bunga.
Melalui proses sekuensi transkriptomik, terungkap bahwa konsumsi gula mengakibatkan perubahan ekspresi gen yang memiliki hubungan dengan penurunan perilaku menggigit manusia. Setidaknya, ada 23 gen, termasuk gen vitallogenin Vg-2, yang berperan dalam perkembangan ovarium.
Eksperimen dengan RNA interference (RNAi) untuk menginterupsi ekspresi gen Vg-2 mengembalikan ketertarikan nyamuk terhadap manusia, sehingga mengonfirmasi temuan ini.
Diketahui bahwa vitallogenin, protein prekursor untuk kuning telur, dapat mempengaruhi reproduksi dan perilaku mencari makan pada ratu dan pekerja di serangga sosial seperti lebah dan semut. Namun, ini kali pertama diketahui peranannya dalam serangga soliter seperti nyamuk.
Meski demikian, tingkat ekspresi vitallogenin tinggi hanya dijumpai pada nyamuk betina muda saja, sebagai strategi kompensasi terhadap kegagalan penimbunan energi pada fase larva.
Temuan ini membuka potensi baru bagi pencegahan penyebaran penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, seperti malaria, demam berdarah, dan zika, yaitu dengan manipulasi vitallogenin.
“Dalam konteks ini, tim peneliti kita berfokus pada mekanisme molekuler yang mengendalikan perilaku pencarian mangsa oleh nyamuk, khususnya ketertarikan terhadap manusia. Jika kita dapat mengubah jalur molekuler ini dan mengurangi motivasi nyamuk untuk menggigit manusia, maka kita dapat menurunkan populasi nyamuk, juga mencegah penyebaran berbagai penyakit,” papar Paolo Gabrieli, peneliti yang terlibat dalam studi.
Temuan ini dipublikasikan di jurnal PloS Biology.
https://sains.kompas.com/read/2019/05/14/200500723/ahli-temukan-cara-bikin-nyamuk-malas-gigit-manusia