Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Buktikan Hasil Operasi Pembesaran Penis Mengecewakan

Kompas.com - 12/05/2019, 17:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Kebanyakan pria selalu ingin memperbesar ukuran penis mereka. Bahkan, mereka rela untuk melakukan operasi pembesaran alat kelamin.

Namun, sebuah studi baru-baru ini menunjukkan hasil yang mengejutkan. Menurut para peneliti dari King's College Institute of Psychiatry, Psychology and Neuroscience, operasi pembesaran penis merupakan sebuah "penipuan".

Pasalnya, operasi ini dianggap tidak efektif dan berisiko. Dalam laporan di jurnal Sexual Medicine Reviews, peneliti juga menyebut bahwa operasi pembesaran penis juga membuat para pria terluka secara mental dan fisik.

Menurut sebuat tinjauan oleh para ahli di Inggris juga mengungkap hanya ada sedikit bukti bahwa prosedur medis itu benar-benar berhasil.

Baca juga: Perlu Lebih dari Sekadar Testis untuk Punya Penis

Kebanyakan pria justru mengaku tidak puas dengan pembesaran alat kelamin mereka setelah operasi. Terlebih lagi, risiko dari prosedur ini sangat besar seperti mati rasa permanen.

"(Tinjauan) menemukan hasil prosedur secara keseluruhan sangat buruk, tingkat kepuasannya rendah, dan signifikasi komplikasinya besar, termasuk kelainan bentuk penis, pemendekan, hingga disfungsi ereksi," ungkap Gordon Muir, penulis utama penelitian dikutip dari The Guardian, Jumat (10/05/2019).

Hasil ini didapatkan setelah Muir dan timnya melacak 21 jenis prosedur pembesaran penis baik bedah dan non-bedah. Mereka mengamati 1.192 kasus yang dilakukan pria di seluruh dunia.

"Prosedur ini seharusnya hampir tidak pernah dilakukan," kata Muir.

"Sering kali pria berakhir dengan penis yang cacat dan tidak ada tingkat kepuasan lebih dari 20 persen dengan prosedur ini," imbuhnya.

Sayangnya, kebanyakan pria yang tertarik dengan prosedur ini sering kali tidak percaya diri dengan ukuran penis mereka. Mereka menganggap ukuran tersebut terlalu kecil.

"Banyak pria yang ingin menjalani prosedur pembesaran penis memiliki penis berukuran rata-rata tetapi yakin ukurannya tidak memadai. Sayangnya, beberapa klinik tampaknya mengabaikan hal ini," kata Muir.

"Ahli bedah di sektor swasta seharusnya tidak melakukan ini. Itu salah di setiap level," imbuhnya.

Melansir dari New York Post, Jumat (10/05/2019), salah satu kasus operasi pembesaran penis yang berubah menjadi fatal baru terjadi pada Maret lalu. Seorang miliarder pedagang berlian di Papua Nuigini gagal mencapai proporsi yang tepat.

Buruknya lagi, operasi pembesaran penis juga menelan biaya sangat tinggi. Beberapa klinik swasta bahkan menetapkan harga yang fantastis.

Baca juga: Peneliti Berambisi Kumpulkan 3.600 Foto Penis, untuk Apa?

Meski tidak melarang secara tegas prosedur ini, para peneliti memberikan saran bagi para pria yang ingin melakukan pembesaran penis.

Dirangkum dari Gizmodo, Sabtu (11/05/2019), studi ini menyimpulkan orang yang ingin melakukan pembesaran penis lebih baik terlebih dahulu melakukan konseling terstruktur. Jika mereka memang ingin memanjangkan alat kelamin mereka, lebih baik melakukan peregangan penis dari waktu ke waktu.

Bagi para peneliti, alat ini jauh lebih murah dan aman dibanding operasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau