Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terapi Memutihkan Penis Jadi Tren di Thailand, Apa Risikonya?

Kompas.com - 06/01/2018, 21:50 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Seperti yang dilaporkan Kompas.com sebelumnya, terapi pemutihan penis sedang menjadi tren di Thailand.

Dalam waktu sebulan, 100 pria telah mengunjungi Rumah Sakit Lelux di Bangkok untuk mendapatkan masa depan yang lebih cerah bagi kelamin mereka. BBC melaporkan bahwa pasien terapi ini tidak hanya berasal dari Thailand saja, tetapi juga Hong Kong, Kamboja, dan Myanmar.

Baca juga : Ketika Terapi Memutihkan Penis Sedang Tren di Thailand

Dikutip dari LiveScience, Jumat (5/1/2018) Popol Tansakul selaku Manajer Marketing Lelux berkata bahwa prosedur tersebut menggunakan laser yang sama dengan perawatan kulit lainnya untuk memecahkan melanin di dalam sel kulit.

Bunthita Wattanasiri, manajer dari departemen perawatan kulit dan laser Lelux, juga berkata bahwa mereka sangat berhati-hati dalam menjalankan terapi tersebut. “Ini menyangkut organ vital pria. Kami menggunakan laser kecil,” ujarnya.

Dalam situsnya, Mayo Clinic menulis bahwa terapi ini bekerja dengan menghancurkan melanosit atau sel yang memproduksi pigmen kulit melanin tanpa merusak permukaan kulit. Biasanya, terapi ini digunakan untuk menangani flek dan daerah kehitaman tertentu.

Baca juga : Luka Bakar 95 Persen, Pria Ini Selamat karena Transplantasi Kulit

Meski demikian, terapi pemutihan kulit menggunakan laser bukan tanpa risiko. Mayo Clinic menulis bahwa selain sensitivitas terhadap matahari, terapi ini juga memiliki beberapa efek samping dan mungkin menyebabkan warna kulit yang tidak merata.

Dr Thongchai Keeratihuttayakorn selaku Wakil Jenderal Direktur untuk Departemen Kesehatan Thailand juga khawatir akan aplikasi terapi tersebut pada area yang sensitif seperti kelamin.

Dalam siaran pers yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Publik Thailand, Dr Thongchai berkata bahwa risiko terapi pemutihan kulit pada kelamin mencakup iritasi, alergi, dan pembengkakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com