Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Manfaat Puasa bagi Kesehatan Jasmani, Menurut Sains

Kompas.com - 07/05/2019, 18:04 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

Sumber Healthline

KOMPAS.com – Pada bulan yang suci ini, umat Muslim di seluruh dunia berpuasa dengan menahan lapar dan haus sejak matahari terbit hingga terbenam. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari ibadah.

Namun, tahukah Anda bahwa berpuasa rupanya tidak hanya baik untuk kesehatan rohani saja, tetapi juga kesehatan jasmani?

Dalam artikel Kompas.com sebelumnya, penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat memperpanjang hidup seseorang. Berikut adalah lima lagi manfaat puasa bagi kesehatan tubuh menurut sains, seperti dilansir dari artikel Healthline, 30 Juli 2018 oleh Rachel Link, MS, RD.

1. Membantu menurunkan berat badan

Pada saat ini, tidak sedikit orang yang melaksanakan puasa modifikasi, seperti intermittent fasting dan puasa 5:2, untuk menurunkan berat badan. Secara teori, berpuasa memang bisa menurunkan konsumsi kalori dalam sehari sehingga menimbulkan penurunan berat badan.

Namun, yang para peneliti temukan adalah penurunan badan saat puasa disebabkan oleh meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme ini terjadi karena puasa jangka pendek dapat meningkatkan norepinefrin, sejenis kimia organik dalam otak dan tubuh yang berfungsi sebagai hormon dan neurotransmitter.

Baca juga: Ahli Buktikan Puasa dapat Perpanjang Usia, Ini Penjelasannya

Hasilnya, menurut studi yang dipublikasikan dalam Nutritional Review pada 2015, puasa seharian dapat menurunkan berat badan hingga 9 persen dan secara signifikan mengurangi lemak tubuh bila dilakukan selama 12-24 minggu.

Daripada hanya membatasi asupan kalori, berpuasa ditemukan lebih efektif dalam meningkatkan penurunan lemak sambil mempertahankan jaringan otot.

2. Meningkatkan fungsi otak dan mencegah penyakit neurodegeneratif

Sejauh ini, penelitian mengenai manfaat puasa terhadap kesehatan otak memang baru sebatas temuan awal pada hewan. Studi pada tikus yang dipublikasikan dalam PLOS One pada 2013, misalnya, menunjukkan bahwa intermittent fasting selama 11 bulan dapat meningkatkan fungsi dan struktur otak tikus.

Namun, beberapa studi pada hewan telah menunjukkan sesuatu yang sangat-sangat menggiurkan: berpuasa mungkin dapat melindungi otak dari penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.

Temuan ini mungkin akan ditindalanjuti dengan penelitian pada manusia untuk mengonfirmasikannya.

3. Melawan peradangan

Bagi kebanyakan orang, peradangan akut adalah respons tubuh yang normal untuk melawan infeksi. Namun pada orang-orang tertentu, peradangan kronis dapat menyebabkan masalah serius bagi kesehatan, seperti artritis rheumatoid arthritis, penyakit jantung dan kanker.

Nah, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa puasa dapat menurunkan tingkat peradangan dan membantu meningkatkan kesehatan.

Sebuah studi pada 50 orang dewasa sehat yang dipublikasikan dalam Nutrition Research pada 2012, misalnya, menunjukkan bahwa intermittent fasting selama sebulan dapat menurunkan marker peradangan secara signifikan.

Studi lain yang dilaksanakan pada hewan dan dipublikasikan dalam jurnal Cell Report pada 2016 bahkan menunjukkan bahwa puasa dapat menurunkan tingkat peradangan dan membantu menangani  multiple sclerosis (MS) atau sklerosis ganda,sebuah kondisi peradangan kronis.

Baca juga: Punya Diabetes, tetapi Ingin Puasa? Begini Aturannya Menurut Ahli

4. Meningkatkan kesehatan jantung

Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit tidak menular nomor satu yang menyebabkan kematian di seluruh dunia. Puasa mungkin bisa menjadi bagian dari solusi terhadap penyakit ini.

Pasalnya, sebuah studi terhadap 110 orang dewasa obesitas yang dipublikasikan pada 2007 di jurnal Serbia Srpski Arhiv za Celokupno Lekarstvo menunjukkan bahwa puasa selama tiga minggu dapat menurunkan tekanan darah, trigliserida, kolesterol total dan kolesterol LDL.

Dalam studi yang lebih besar lagi terhadap 4.629 orang dan dipublikasikan pada 2008, ditemukan juga kaitan kuat antara puasa dengan meurunnya risiko penyakit jantung koroner dan risiko diabetes yang merupakan faktor risiko dari penyakit jantung.

5. Menurunkan resistensi insulin

Ada beberapa studi yang menghubungkan puasa dengan menurunnya resistensi insulin.

Sebuah review yang dipublikasikan dalam Translational Research pada 2014 adalah salah satu contohnya. Studi ini menemukan bahwa intermittent fasting dan alternate-day fasting sama efektifnya dengan membatasi asupan kalori dalam mengurangi resistensi insulin.

Bila resistensi insulin berkurang, maka sensitivitas tubuh terhadap insulin akan meningkat dan pemindahan glukosa dari darah ke sel pun menjadi lebih efisien. Dikombinasikan dengan potensi puasa dalam menurunkan kadar gula darah, turunnya resistensi insulin dapat membantu menstabilkan kadar gula darah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau