Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Sebenarnya Bikin Penyaliban Sangat Mematikan?

Kompas.com - 19/04/2019, 17:35 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Hasilnya, terjadi penurunan tekanan darah dan anoksemia jaringan hingga hipovolemia. Hal ini akan membuat kegagalan organ vital seperti ginjal, otak, dan jantung.

Aktivitas otot kaki yang terhenti juga memperlambat aliran balik vena ke jantung. Anoksemia di atas juga bisa memicu henti jantung vasovagal.

Percobaan Pembuktian

Percobaan yang dilakukan pada sejumlah mahasiswa kedokteran yang sehat dan setuju digantung pergelangan tangannya menunjukkan hal serupa. Setelah 6 menit, volume pernapasan para mahasiswa itu mengalami penurunan hingga 70 persen.

Tak hanya itu, tekanan darah mereka juga turun hingga 50 persen serta denyut nadi meningkat dua kali lipat.

Setelah 12 menit, para mahasiswa ini menunjukkan dekomposisi kardiorespiratorik serius. Bahkan beberapa juga menunjukkan kesadaran yang terganggu.

Para mahasiswa kemudian diizinkan untuk menyentuhkan kakinya ke tanah dan berjalan kaki selama 20 menit. Setelah itu, penurunan fungsi jantung mereka kembali ke arah normal.

Eksperimen ini hanya dilakukan selama 30 hingga 40 menit ketika rasa sakit di pergelangan tangan para mahasiswa sulit ditoleransi lagi.

Para penulis peneliti berkesimpulan penyebab kematian utama dri penyaliban adalah serangan jantung vasovagal refleks.

Meski begitu, dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the Royal Society of Medicine tahun 2006 menyebut bahwa tidak ada cukup bukti untuk menyatakan dengan tepat bagaimana orang mati dari penyaliban pada zaman Romawi.

Simpulan itu didapatkan para peneliti setelah mengamati 10 teori yang diajukan oelh para praktisi medis tentang penyebab medis kematian akibat penyaliban.

Baca juga: Manuskrip Terlarang Berisi Ajaran Rahasia Yesus Ditemukan, Apa Isinya?

Peneliti menegaskan sangat mungkin bahwa individu berbeda meninggal akibat penyebab fisiologis bebeda. Selain itu, belum ada metode penelitian yang lebih realistis sekaligus manusiawi dan tidak menyakitkan untuk membuktikan teori-teori tersebut.

Mereka menegaskan perlu pendekatan kolaboratif dari tim yang terdiri dari sejarawan, arkeolog, dan dokter untuk bisa membuktikan teori-teori itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com