Kemudian, serangga pemakan tumbuhan ini pun dimakan, ditangkap, dibunuh oleh lebih banyak serangga. Mereka dikonsumsi oleh makhluk hidup lebih besar. Bahkan ketika tumbuhan mati dan diubah menjadi bangkai oleh jamur dan bakteri, masih ada serangga yang khusus memakan mereka.
Baca juga: Studi Baru: Populasi Serangga Dunia Terancam Punah Satu Abad ke Depan
Terus naik ke piramida makanan, tiap binatang lebih bebas memilih makanan apa saja. Sementara serangga pemakan tumbuhan biasanya mungkin hanya perlu memakan satu spesies tumbuhan, hewan pemakan serangga tidak begitu peduli jenis serangga apa yang mereka tangkap. Ini alasan mengapa lebih banyak jenis serangga daripada burung atau mamalia.
Karena hanya sebagian kecil makhluk organisme yang menjadi predator, tiap tingkat dalam piramida makanan isinya semakin sedikit. Walau efisiensi dari proses ini dianggap lebih baik di tingkat yang lebih tinggi di piramida makanan, hewan-hewan tersebut hanya mewakili persentase yang kecil dari keseluruhan biomassa. Ini mengapa hewan besar dan seram langka.
Jadi jelas ketika angka serangga berkurang, binatang lain dalam rantai makanan pun akan menderita. Hal ini sudah terjadi—langkanya serangga di hutan tropis Amerika Tengah diikuti oleh kelangkaan kodok, kadal, dan burung pemakan serangga. Kita manusia perlu lebih berhati-hati dengan makhluk kecil yang berpengaruh di dunia ini.
Seperti komentar Wilson:
Kenyataannya adalah kita semua butuh hewan tanpa tulang belakang, tetapi mereka tidak butuh kita.
Mengetahui kehidupan serangga bukanlah sebuah kemewahan. Teman Wilson dan kadang koleganya Thomas Einer berkata:
Serangga bukan makhluk yang akan mewarisi bumi karena mereka yang menguasainya sekarang.
Jika kita mengabaikan serangga, bisakah kita hidup di planet ini tanpa mereka?
Baca juga: Populasi Serangga Dunia Menurun dan Ini Dampaknya pada Hewan Lain
*Profesor Emeritus dalam bidang biologi di University of Bath.
Tulisan ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation Indonesia.