Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deteksi dalam Sedetik, Sensor Hidrogen Ilmuwan Indonesia Tercepat di Dunia

Kompas.com - 06/04/2019, 19:52 WIB
Julio Subagio,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

“Ternyata dengan campuran palladium dan emas, juga dibalut dengan polimer menghasilkan efek sinergis yang performanya jauh lebih baik dibanding palladium saja,” jelas Ferry.

Hidrogen merupakan gas yang relatif sulit untuk dideteksi. Selain mudah terbakar, hidrogen bersifat kasat mata, tidak berbau, serta mudah menguap.

“Dengan sensor ini, penggunaan hidrogen secara luas bisa lebih ditingkatkan tanpa harus takut akan segi keamanannya," ungkapnya.

Baca juga: Kehilangan Putri Sulung, Dewi Yull: Tiap Lewat Kamarnya, Sirine Mulai

Hidrogen merupakan kandidat bahan bakar yang sangat menjanjikan dari sisi lingkungan karena hanya menghasilkan air sebagai residunya.

Meski demikian, untuk saat ini, perkembangan mobil hidrogen masih berada di belakang mobil listrik.

Kendala utama selain dari segi keamanan adalah efisiensi energi serta masalah penyimpanan dan ketersediaan bahan bakar hidrogen itu sendiri.

Baca juga: Kehilangan Ibu di Usia 4 Tahun, Putra Gizca Sahetapy: Inget-inget Lupa

Gas hidrogen dapat diproduksi melalui pemisahan molekul air via proses elektrolisis. Namun, untuk dapat menghasilkan gas hidrogen dalam skala masif, dibutuhkan listrik yang besar pula.

Rintangan lainnya terletak di keterbatasan infrastruktur serta biaya. Total pengeluaran dari mobil hidrogen masih jauh lebih besar dibandingkan mobil listrik untuk jarak tempuh sama.

Terobosan terbaru terkait bahan bakar hidrogen dari Ferry dan sejumlah ilmuwan boleh jadi bakal mendorong pengembangan kendaraan hidrogen lebih cepat.

Penelitian Ferry dan rekannya dipublikasikan di jurnal Nature Materials pada Senin (1/4/2019). Selain Ferry sebagai first author paper itu, peneliti Indonesia yang terlibat dalam riset ini adalah Irwan darmadi, dari institusi yang sama.

Baca juga: Habis Pijat, Kenapa Jari Tangan Bunyi Krek-Krek ketika Ditarik?

*Artikel dikoreksi pada Minggu (7/4/2019) untuk menambahkan ilmuwan Indonesia lain yang terlibat dalam riset ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau