Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontroversi Tes Selai Kacang untuk Deteksi Alzheimer, Ini Penjelasan Ahli

Kompas.com - 31/03/2019, 08:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

KOMPAS.com - Mendiagnosis Alzheimer dengan selai kacang - hasil studi yang dirilis tahun 2013 ini menimbulkan sensasi. Sejak itu, hasil studi tersebut kerap dikutip oleh berbagai media, termasuk Washington Post, yang kembali mengangkat tema ini tahun lalu.

Tetapi benarkah diagnosis penyakit bisa dilakukan dengan cara yang sangat sederhana ini?

Tes Selai Kacang

Untuk tes, pasien diminta mencium aroma selai kacang secara bergantian hanya dengan lubang hidung kiri dan kanan, sementara lubang hidung yang lain ditutup rapat. Pasien mulai mengendus aroma selai kacang pada jarak 30 sentimeter.

Lalu jarak dikurangi satu sentimeter untuk setiap langkah, sehingga pasien dapat mengindentifikasi aroma produk.

Baca juga: Wanita, Punya Lima Anak atau Lebih Tingkatkan Risiko Alzheimer

Menurut studi tahun 2013 itu, penciuman pasien Alzheimer dengan lubang hidung kiri secara signifikan lebih buruk daripada dengan lubang hidung kanan.

Para peneliti mengaitkan hal ini dengan fakta bahwa bagian kiri lobus frontal otak lebih banyak dipengaruhi oleh penyakit Alzheimer. Indera penciuman juga ada di bagian otak ini.

Tetapi menurut Richard Dodel, Profesor bidang Geriatrik di Universitas Duisburg-Essen, Jerman, penjelasannya tidak semudah itu.

"Studi ini dilakukan dengan subyek uji yang terlalu sedikit dan prosedurnya tidak cukup standar," ujarnya mengkritik.

Sebagai contoh, penelitian ini, hanya memiliki 92 subyek dan tidak memiliki informasi tentang merek selai kacang yang digunakan.

"Komposisi minyak dapat membuat perbedaan besar dalam persepsi," jelas Dodel.

Apalagi, ada banyak kemungkinan hal lain yang menyebabkan indra penciuman terbatas. Tahun 2014, kelompok peneliti kedua mencoba untuk menjalankan studi yang sama untuk mengkonfirmasi hasilnya, namun tidak sukses.

Opsi Diagnostik

Penyakit Alzheimer dapat didiagnosis bertahun-tahun sebelum gejala pertama menjadi nyata. Hingga kini ada tiga prosedur, yaitu dua prosedur pencitraan dan satu prosedur invasif yang mendominasi.

Menurut Dodel, apa yang disebut amiloid PET (positron emission tomography) dapat mendeteksi fragmen protein tertentu, yang disebut plak, di otak, 15 hingga 20 tahun sebelum gejala klinis pertama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com