Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernah Alami Stunting Saat Kecil, Bisakah Tambah Tinggi Ketika Dewasa?

Kompas.com - 27/03/2019, 18:33 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting adalah gangguan pertumbuhan yang terjadi akibat masalah gizi kronis, penyakit infeksi berulang, dan kesalahan pola asuh sehingga tinggi badan anak berada di bawah batas rata-rata.

Selain memengaruhi masa emas pertumbuhan, dampak stunting disinyalir dapat berlanjut hingga dewasa. Hal ini menimbulkan pertanyaan baru, yakni apakah seseorang yang mengalami stunting saat kecil masih bisa meninggikan badan?

Dampak Stunting

Stunting pada masa kecil dapat menimbulkan dampak jangka pendek dan jangka panjang yang memengaruhi kualitas hidup seseorang.

Dampak jangka pendeknya akan langsung terlihat pada periode awal kehidupan anak, yaitu tinggi badan yang berada di bawah kriteria normal sehingga ia tampak lebih pendek dibandingkan teman-teman seusianya.

Baca juga: Tak Hanya Gizi, Asap Kebakaran Hutan Juga Sebabkan Stunting

Sementara itu, stunting dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan.

Sebuah penelitian di lima negara berpendapatan menengah ke bawah menemukan bahwa orang yang stunting saat kecil cenderung mengalami gangguan kesehatan. Masalah yang kerap terjadi seperti postur tubuh yang pendek saat dewasa, massa otot yang lebih kecil, kemampuan intelektual di bawah rata-rata, serta melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

Sayangnya, dampak stunting akan berjalan seumur hidup.

Orang yang stunting sejak kecil juga cenderung mengalami masalah perkembangan otak, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, dan lebih rentan mengalami penyakit kronis seperti diabetes.

Dapat dikatakan bahwa stunting tidak hanya memengaruhi tinggi badan Anda di masa depan, tapi juga akan berdampak pada kesehatan Anda secara keseluruhan.

Cara Mengatasi Stunting

Dampak stunting memang tidak dapat diperbaiki, apalagi jika kondisi ini terjadi dalam jangka panjang. Namun, sejumlah peneliti pernah mencanangkan program catch-up growth atau mengejar ketertinggalan pertumbuhan pada anak stunting.

Program ini dilakukan dengan mengoptimalkan pertumbuhan anak stunting sehingga selisih tinggi badan dapat dikejar sebelum berusia 5 tahun. Salah satu penelitian memperoleh hasil yang menjanjikan dari program ini, terlihat dari banyaknya anak yang mengalami peningkatan tinggi badan.

Lalu, apakah anak stunting masih bisa menambah tinggi badannya?

Sayangnya, temuan itu tidak serta-merta membuktikan bahwa mengatasi stunting lebih mudah dibandingkan mencegahnya. Pasalnya, memperbaiki status gizi anak stunting sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, termasuk pendidikan dan ekonomi keluarga.

Baca juga: Sama-sama Bertubuh Pendek, Apa Beda Stunting dan Orang Kerdil?

International Food Policy Research Institute memberikan sebuah kesimpulan mengenai program ini. Tanpa adanya perbaikan dari faktor lingkungan, metode catch-up growth kemungkinan besar tidak akan berhasil bila diterapkan pada suatu kelompok masyarakat.

Dengan kata lain, akan sulit bagi seseorang yang stunting sejak kecil untuk meninggikan badan saat dewasa.

Bahkan, dia justru lebih rentan mengalami masalah kesehatan dan ekonomi seiring bertambahnya usia.

Artinya, mencegah stunting adalah langkah utama.

Istilah "mengatasi" mungkin kurang tepat bila digunakan untuk menghadapi masalah stunting. Namun, Departemen Kesehatan RI telah menjabarkan beragam cara mencegah stunting agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Caranya adalah dengan melakukan inisiasi menyusu dini begitu si kecil lahir, memberikan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, serta memberikan makanan bergizi seimbang secara bertahap sesuai kemampuan dan usianya.

Selain itu, perlu juga dilakukan perbaikan sanitasi dan akses air bersih guna mencegah risiko ancaman penyakit infeksi. Tentu saja, semua itu harus didukung dengan pola asuh dan perawatan yang baik dari orangtua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau