Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Tubuh Manusia, Minum Air Berlebih Justru Bahaya untuk Ginjal

Kompas.com - 22/03/2019, 20:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Edisi Misteri Tubuh Manusia pekan ini bertepatan dengan Hari Air Sedunia. Seperti kita tahu, lebih dari setengah tubuh manusia terdiri dari air.

Bila tubuh kekurangan air, itu akan menjadi hal buruk untuk tubuh. Tubuh akan kesulitan melakukan tugasnya.

Namun bila berlebihan,itu juga akan berdampak buruk. Salah satunya merusak ginjal.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Bukankah air bagus untuk ginjal?

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia, Kenapa Menguap Bisa Menular?

Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia Aida Lydia pernah mengungkap bahwa masyarakat tidak perlu minum air putih berlebihan.

Dalam artikel Kompas.com edisi 8 Maret 2018 dijelaskan, konsumsi air putih sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan aktivitas masing-masing individu.

Aida berkata, jika air putih diminum berlebihan dapat memperburuk fungsi ginjal.

"Banyak minum air putih bisa sebabkan gangguan elektrolit di darah. Kadar natrium dan kalium darah berkurang, sedangkan kadar cairan di tubuh meningkat, sel tubuh jadi membengkak," terang Aida.

Pembesaran sel tubuh ini terjadi karena banyak natrium yang larut dan menghilang dari dalam tubuh. Padahal, natrium bertugas mengikat air.

Akibatnya, volume darah pun berkurang hingga membuat tekanan darah menurun. Selanjutnya, detak jantung terpacu lebih kuat.

Kerja ginjal, kata Aida, juga akan semakin berat karena harus menyaring cairan yang berlebih. Dikhawatirkan, glomerulus pada ginjal tidak kuat melakukan fungsi filtrasi. Dampaknya bisa menimbulkan gangguan pada ginjal.

"Minum air putih bikin ginjal sehat. Tapi tidak sampai berliter-liter. Secukupnya saja, jangan banyak-banyak. Jangan juga kurang. Sesuai kebutuhan tubuh," tutup Aida.

Perhatian untuk penderita ginjal

Konsumsi air minum juga harus sangat diperhatikan penderita penyakit ginjal stadium lanjut.  Ada batasan konsumsi air minum yang harus mereka patuhi. Itu karena kemampuan ginjal menyaring sangat terbatas sehingga cairan terakumulasi.

"Penumpukan bisa di paru-paru. Pasien bisa jadi sesak napas. Cairannya bisa terakumulasi tumpukannya di jaringan lain. Kaki jadi bengkak," ujar Aida.

Aida mengatakan bahwa, kebutuhan cairan yang diperlukan pasien gagal ginjal bergantung pada stadiumnya. Hal itu bisa dikonsultasikan dengan dokter.

"Jadi, tida bisa digeneralisasi sama semua. Ini bergantung pada seberapa parah gagal ginjal orang tersebut," ujar Aida.

Untuk kenaikan stadium keparahan fungsi ginjal, kata Aida, tidak bisa diprediksi waktunya. Ia menekankan, waktu peningkatan stadium penurunan fungsi ginjal bukan soal penghitungan matematis.

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia, Alasan Kenapa Bunyi Kentut Berbeda

Level penurunan fungsi ginjal didasarkan pada laju filtrasi glomerulus. Stadium penurunan fungsi ginjal, kata Aida ada lima.

Stadium pertama ditunjukkan dengan laju filtrasi glomerulus di angka lebih dari 90 ml/min/1.73 meter persegi. Pada stadium ini ginjal masih bekerja seperti biasa namun tanda kerusakan ginjal sudah tampak.

Gagal ginjal kronis terjadi ketika penurunan laju filtrasi glomerulus berada di angka kurang dari 15 ml/min/1,73 meter persegi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau