Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa aktivitas abnormal pada amigdala khususnya - area otak yang terlibat dengan rasa takut - telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.
Namun, Ghadri menuturkan, seberapa sedikit obrolan di antara wilayah-wilayah ini yang mengarah pada perubahan karakteristik sindrom patah hati masih belum diketahui.
Sayangnya, para peneliti juga tidak memiliki scan otak pasien sebelum mereka mengembangkan sindrom patah hati. Ini membuat mereka tidak dapat mengatakan apakah komunikasi yang menurun mungkin mendorong sindrom patah hati atau jika perkembangan sindrom tersebut mendorong penurunan komunikasi di otak.
Ghadri mengatakan dia berharap bahwa penelitian di masa depan akan dapat menguraikan temuan ini dan membantu dokter memahami siapa yang berisiko mengalami sindrom patah hati dan mengapa.
Tetapi, setidaknya kini kita tahu bahwa sindrom patah hati "jelas melibatkan interaksi antara otak dan jantung," kata Ghardi. Ini sebenarnya adalah sindrom otak-jantung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.