Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peralatan Tato Tertua di Dunia Diduga Terbuat dari Tulang Manusia

Kompas.com - 06/03/2019, 11:29 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Para arkeolog Australia belum lama ini mengungkap satu set benda kuno yang tersimpan di sebuah universitas di Canberra adalah peralatan tato tertua. Menariknya lagi, peralatan tato itu diduga terbuat dari tulang manusia.

Dalam satu set, ada empat alat tato. Sebelum disimpan di Universitas, peralatan itu berada di Pulau Tongatapu, Tonga, dan ditemukan pada 1963.

Para arkeolog tahu temuan itu penting, tetapi tidak ada yang tahu seberapa tua usia peralatan itu.

Geoffrey Clark dari Universitas Nasional Australia (ANU) dan Michelle Langley dari Universitas Griffith bekerja sama untuk mempelajari artefak itu secara terperinci, menggunakan teknologi penanggalan radiokarbon untuk menentukan usianya dan diketahui alat itu berumur 2.700 tahun.

Baca juga: Ilmuwan Portugal Bikin Tato yang Bisa Memonitor Fungsi Tubuh

"Pertanyaannya, apakah alat ini dibawa ke Pasifik melalui migrasi atau apakah mereka dikembangkan di Polinesia di mana kita tahu tato memiliki peran yang sangat menonjol dalam masyarakat setempat dan menyebar di sana?," ujar Clark.

"Penemuan ini membawa penanggalan tato Polinesia kembali ke awal budaya Polinesia sekitar 2.700 tahun yang lalu."

Pasangan ini mendokumentasikan temuan mereka dalam makalah penelitian yang diterbitkan bulan ini, yang bahkan memiliki detil yang lebih mengejutkan.

Terbuat dari tulang jenazah

Dua dari peralatan itu terbuat dari tulang burung laut, sementara dua alat lainnya terbuat dari tulang mamalia besar.

"Karena tak ada mamalia lain dengan ukuran sebesar itu di pulau itu pada waktu itu, dan tulang manusia dikenal sebagai bahan yang disukai untuk membuat sisir tato, kami yakin mereka kemungkinan besar terbuat dari tulang manusia," kata Dr. Langley.

Clark mengatakan, tulang-tulang itu bisa diambil dari kuburan orang-orang terkasih dari sang seniman tato.

"Kami tahu bahwa pemakaman awal di daerah itu terus-menerus dikunjungi orang," jelasnya.

"Orang-orang diidentifikasi dari benda-benda seperti tengkorak dan tulang tungkai."

Diyakini tulang-tulang ini bisa jadi milik kerabat dari si seniman tato.
Diyakini tulang-tulang ini bisa jadi milik kerabat dari si seniman tato.
"Kami tak pernah benar-benar tahu mengapa mereka melakukan ini, jika mereka menggunakan tulang itu di tempat suci atau sesuatu lainnya. Fakta [tulang]-nya adalah alat bekas seperti alat tato itu menunjukkan bahwa mereka menggunakan jenazah kerabat," imbuhnya.

Mungkin saja proses tato digunakan sebagai cara untuk menghormati dan berhubungan dengan leluhur.

Tetapi, karena kira-kira berasal dari 2.700 tahun yang lalu, Clark mengatakan tidak ada cara untuk mengetahuinya dengan pasti.

Prosedur yang menyakitkan

Ketika menjelaskan proses tato, ia menunjukkan kata "tato" berasal dari kata "tatau", yang berarti "untuk memprotes".

Ia mengatakan fragmen tulang tersebut seharusnya diasah menjadi pisau atau sisir sebelum dipasangi pegangan.

Sang seniman tato kemudian akan mencelupkan alat ke dalam wadah kecil yang diisi dengan tinta alami dan ambilah alat lain, seperti tongkat kecil, untuk mengarahkan tinta ke kulit.

"Mereka memegang pegangannya saat mereka menusuk," kata Clark.

"Saat para seniman tato ini sedang bekerja mereka menusuk, menusuk, dan menusuk, mereka mendorong tulang msuk ke dalam daging."

"Selama (tinta) berada di bawah dermis kulit, (tato) itu bertahan."

Clark mengetahui hal ini dengan sangat baik, karena pernah ditato dengan teknik yang sama 18 tahun yang lalu.

Sementara metode tato kuno ini menimbulkan desain yang tahan lama, mereka membutuhkan ambang rasa nyeri yang lebih tinggi untuk menjalani prosedur ini.

"Ini lebih menyakitkan daripada pistol tato listrik standar," kata Clark.

"Tapi itu tergantung pada seberapa banyak permukaan tubuh yang ditato dan di mana."

Alat sempat hilang

Penemuan itu menarik bagi para peneliti, terutama karena alat tersebut sudah dianggap hilang. Pasalnya, alat itu disimpan di fasilitas penyimpanan luar kantor, yang hancur akibat kebakaran Canberra pada Januari 2003.

Penampakan dekat dari peralatan ini menunjukkan sisa tinta.
Penampakan dekat dari peralatan ini menunjukkan sisa tinta.

"Kami awalnya berpikir artefak ini hangus menjaadi abu, tapi ternyata ada orang yang meminjamnya untuk dipelajari," kata Clark bersyukur.

Setidaknya para ahli menganggap benda itu telah hangus selama tujuh tahun, hingga suatu ketika seseorang menghubungi mereka dan mengaku telah menemukan benda bersejarah itu.

Baca juga: Kali Pertama, Tulang Manusia Ungkap Keparahan Radiasi Bom Hiroshima

Sementara pot tinta yang aslinya ditemukan bersama tulang-tulang itu masih belum terdeteksi, bagian lain dari peralatan tato akan ditampilkan untuk public akhir tahun ini sebagai bagian dari perayaan ulang tahun ANU.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com