Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Baru: Tidur di Akhir Pekan Tak Bisa Gantikan Kurang Tidur Malam

Kompas.com - 02/03/2019, 20:06 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Setelah seminggu penuh bekerja, banyak orang lebih senang menghabiskan libur akhir pekan mereka dengan tidur seharian. Apalagi jika sebelumnya pekerjaan menumpuk hingga terpaksa lembur, yang berarti Anda mungkin kurang tidur.

Banyak orang mengira, tidur di akhir pekan bisa menebus waktu tidur yang berkurang selama seminggu. Namun, menurut sebuat studi terbaru yang terbit di jurnal Current Biology, hal itu ternyata tidak terbukti benar.

"Pada akhirnya, kami tidak melihat manfaat apapun pada orang yang tidur di akhir pekan," ungkap Chris Depner, penulis utama penelitian ini dikutip dari BBC, Jumat (01/03/2019).

Maksud dari tidak adanya perbedaan untuk orang yang tidur di akhir pekan adalah pada ukuran pinggang dan kesehatan.

Baca juga: Seberapa Buruk Tidur dengan Rambut Masih Basah?

Pasalnya, kurang tidur sering kali membuat orang mengemil di malam hari. Akibatnya, mereka memiliki gula darah yang tak terkontrol dan berat badan bertambah jika dibandingkan dengan orang yang tidur selama 8 jam.

Para peneliti menemukan, kontrol gula darah orang yang diberi waktu tidur tambahan di akhir pekan justru memburuk dibandingkan mereka yang hanya tidur lima jam setiap malam.

"Inti dari penelitian ini adalah bahwa bahkan jika Anda tidur lebih lama di akhir pekan, jika Anda terus tidur dengan buruk, Anda masih akan makan terlalu banyak, dan Anda akan tetap bertambah berat badan," kata Dr Vsevolod Polotsky, direktur penelitian tidur di John Hopkins University dilansir dari CNN, Kamis (28/02/2019).

Peneliti dari University of Colorado menyebut bahwa defisit tidur selama seminggu kini makin umum. Terlebih jika orang berusaha menyeimbangkan tekanan pekerjaan atau sekolah dengan kehidupan sosial dan keluarga.

Padahal, tidur memainkan peren penting dalam mengatur metabolisme tubuh, mulai dari pencernaan hingga stres. Tak heran jika kurang tidur dalam jangka panjang berkaitan dengan risiko diabetes dan penyakit jantung.

"Ketika kita mempertahankan jadwal tidur pendek yang tidak mencukupi selama satu minggu kerja atau sekolah, ini menyebabkan orang makan lebih banyak dari yang mereka butuhkan - ini mengarah pada kenaikan berat badan," kata Profesor Ken Wright, salah satu penulis penelitian dikutip dari The Independent, Jumat (01/03/2019).

"Ketika mereka makan lebih banyak, mereka cenderung makan makanan ringan setelah makan malam, semuanya ini menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk mengatur kadar gula darah," sambungnya.

Hasil itu didapatkan setelah para peneliti melakukan uji coba terhadap 36 orang dewasa sehat di bawah usia 40 tahun. Mereka berada di laboratorium selama dua minggu dengan asupan makanan, paparan cahaya, dan tidur diamati.

Baca juga: Peneliti Ungkap Alasan Kurang Tidur Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

Para peserta dibagi dalam 3 kelompok. Pertama, orang yang tidak diizinkan tidur lebih dari lima jam per malam selama 9 malam.

Kedua, tidur selama lima jam per malam selama 5 malam dengan tambahan waktu tidur di akhir pekan.

Ketiga, kelompok kontrol yang harus tidur selama 9 jam selama 9 malam.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau