Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Solok Bukti Banyak Percabangan Sesar Besar Sumatera Belum Terpetakan

Kompas.com - 01/03/2019, 12:55 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Dia mengatakan, gempa ini menjadi gempa darat paling kuat yang mengawali abad ke-20 di Hindia-Belanda. Peristiwa gempa dahsyat ini banyak ditulis dan diberitakan dalam berbagai surat kabar Pemerintah Hindia Belanda saat itu.

"Jumlah korban jiwa meninggal akibat gempa Kerinci saat itu sangat banyak, lebih dari 230 orang, sementara korban luka ringan dan berat dilaporkan juga sangat banyak," tutur Daryono.

"Sejarah gempa dahsyat yang melanda Kerinci pada 1909 kemudian terulang kembali pada 1995. Gempa Kerinci berkekuatan M 7,0 terjadi terjadi pada 7 Oktober 1995 yang mengakibatkan kerusakan parah di Sungaipenuh, Kabupaten Kerinci," katanya.

Gempa kedua ini menyebabkan 84 orang meninggal, 558 orang luka berat, dan 1.310 orang luka ringan. Sementara 7.137 rumah, sarana transportasi, sarana irigasi, tempat ibadah, pasar, dan pertokoan rusak.

"Ada pelajaran penting yang dapat kita petik dari peristiwa gempa di Solok Selatan, termasuk catatan gempa Kerinci 1909 dan 1995. Bahwa keberadaan zona Sesar Besar Sumatera harus selalu kita waspadai," kata Daryono.

"Jika terjadi aktivitas pergeseran sesar ini, efeknya dapat sangat merusak karena karakteristik gempanya yang berkedalaman dangkal dan jalur sesar yang berdekatan dengan permukiman penduduk," katanya.

Sesar belum terpetakan

Daryono menegaskan, gempa yang terjadi kemarin merupakan bukti bahwa Sesar Besar Sumatera banyak yang belum terindentifikasi.

Baca juga: Lagi, Ikan Pertanda Gempa dan Tsunami Tertangkap di Jepang

"Ini bukti bahwa splay atau percabangan Sesar Besar Sumatera banyak yang belum teridentifikasi," kata Daryono.

"Dan itu cukup membahayakan karena banyak daerah atau kota merasa aman karena tidak tahu ada jalur sesar di daerahnya sehingga pemerintah harus terus mendukung upaya indentifikasi sesar aktif agar peta sesar Indonesia makin detail," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau