KOMPAS.com – Dunia sains internasional sedang dikejutkan oleh berita bahwa tim peneliti RMIT University telah berhasil mengubah karbon dioksida kembali menjadi batu bara.
Sebetulnya, ini bukan kali pertama kita berhasil mengembalikan karbon dioksida bentuk lain. Namun, teknik-teknik yang ada selama ini masih banyak kekurangannya. Ada yang terlalu lama, terlalu rumit, tidak dapat dilakukan dalam skala besar atau yang berisiko melepaskan karbon kembali.
Nah, teknik yang dikembangkan oleh para peneliti Australia ini tidak hanya cepat, tetapi juga tidak membutuhkan tekanan yang terlalu banyak atau reaksi kimia yang terlalu rumit. Teknik ini bahkan dilakukan dalam suhu ruangan.
Dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications, para peneliti menyebut teknologi mereka sebagai cara alternatif untuk mengurangi karbondioksida dari atmosfer secara aman dan permanen.
Baca juga: Pemanasan Global, Tambang Tua Bisa Diubah jadi Hutan Pengisap Karbon
Kuncinya adalah menggunakan logam cair sebagai katalis.
Dilansir dari Science, Selasa (26/2/2019); para peneliti pertama-tama membuat paduan logam cair dari gallium, indium dan timah. Mereka lalu menambahkan sedikit serium yang aktif secara kataliktik dan meletakakan semua campurannya ke dalam tabung kaca bersama sedikit air.
Ketika kawat dimasukkan dalam logam cair, beberapa serium yang berada di permukaan bereaksi dengan oksigen dan membentuk lapisan serium oksida yang sangat tipis. Namun, mayoritas serium masih terlindungi oleh logam cair.
Para peneliti kemudian memindahkan karbon dioksida murni ke dalam tabung kaca tersebut dan mengirimkan listrik melalui kawat. Karbon dioksida pun terserap ke dalam logam cair dan diubah oleh logam serium dan listrik menjadi karbon padat yang menyerupai batu bara.
Berbeda dengan teknik-teknik sebelumnya, tidak terjadi penumpukan karbon pada serium bila menggunakan proses ini. Karbon terbentuk menjadi serpihan hitam kecil yang kemudian lepas dan turun ke samping dan dasar tabung. Dengan demikian, produksi karbon padat bisa terus dilanjutkan.
Baca juga: Pemanasan Global, Mineral Ini Bisa Serap Karbon Dioksida di Atmosfer
Salah satu anggota tim peneliti, Dr Torben Daeneke, juga mengungkapkan kelebihan lainnya. Dia mengatakan, selama ini karbon dioksida hanya diubah menjadi padat pada temperatur yang sangat tinggi, sehingga tidak dapat dilaksanakan secara industri.
“Dengan menggunakan logam cair sebagai katalis, kami telah membuktikan bahwa mengubah gas menjadi karbon dapat dilakukan pada suhu ruangan, dalam sebuah proses yang efisien dan bisa diperbesar skalanya,” ujarnya.
Penulis utama studi, Dr Dorna Esrafilzadeh, juga berkata bahwa karbon yang terbentuk melalui teknik ini juga bisa digunakan sebagai elektroda karena mampu menyimpan energi litrik.
“Kelebihan sampingan dari proses ini adalah karbonnya dapat menyimpan energi listrik, (sehingga) menjadi sebuah kapasitor super yang berpotensi untuk digunakan sebagai komponen dalam kendaraan masa depan,” katanya.
Dia melanjutkan, proses ini juga menghasilkan bahan bakar sintetis sebagai produk sampingan, yang mungkin juga memiliki aplikasi industri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.