Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Jenis Sampah Terbanyak di Bumi, dari Puntung Rokok hingga Styrofoam

Kompas.com - 21/02/2019, 20:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Berdasarkan data ScienceMag, jumlah produksi sampah plastik global sejak 1950 hingga 2015 cenderung menunjukkan peningkatan.

Pada 1950, produksi sampah dunia ada di angka 2 juta ton per tahun. Sementara 65 tahun setelah itu, pada 2015 produksi sampah ada di angka 381 juta ton per tahun.

Angka ini meningkat lebih dari 190 kali lipat, dengan rata-rata peningkatan sebesar 5,8 ton per tahun.

Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/ tahun dimana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut.

Baca juga: Sampah Plastik Dunia dalam Angka...

Sayangnya sebagian besar sampah membutuhkan waktu lama untuk terurai dan akhirnya justru berujung di lautan. Berikut adalah sampah yang mencemari lautan dilansir dari berbagai sumber.

1. Puntung rokok

Ilustrasi puntung rokokGeek.com Ilustrasi puntung rokok
Kelompok konservasi kelautan, Ocean Conservancy, yang berbasis di Washington DC mengungkap bahwa sampah yang paling banyak ditemukan di lautan adalah puntung rokok.

Sejak mulai mengumpulkan sampah pada 1986, kelompok itu telah mengumpulkan lebih dari 60 juta puntung rokok hanya di pantai sekitar Washington DC.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kebiasaan membuang puntung rokok sembarangan dilakukan oleh jutaan orang. Setidaknya dua pertiga puntung rokok ditemukan berserakan di trotoar atau selokan, dan akhirnya berujung di lautan.

Melansir CNN, Jumat (25/1/2019), sekitar 6 triliun rokok diproduksi setiap tahun dan lebih dari 90 persen filternya mengandung plastik. Ini artinya ada lebih dari 1 juta ton plastik setiap tahun yang diproduksi dari rokok.

"Banyak perokok berasumsi penyaring rokok terbuat dari bahan yang bisa terbiodegradasi atau bisa diolah. Padahal, filter rokok terbuat dari selulosa asetat (jenis plastik yang butuh sekitar satu dekade untuk bisa terurai)," jelas Elizabeth Smith yang bekerja di kebijakan pengendalian tembakau di Universitas California San Francisco.

Baca juga: Dibanding Sedotan Plastik, Filter Rokok Lebih Merusak Lingkungan

2. Kemasan makanan

Sepanjang 2015, Our World in Data mengklasifikasikan berbagai jenis sampah yang paling banyak ada di dunia. Urutan teratas ditempati oleh sektor kemasan makanan dan minuman dengan total lebih dari 146 juta ton per tahun.

Baca juga: Label Nutrisi pada Kemasan Makanan Tak Lagi Relevan

3. Plastik kresek

Ilustrasi kantong plastikTHINKSTOCKS/DAIZUOXIN Ilustrasi kantong plastik
Jakarta saat ini tengah menggodok peraturan gubernur yang melarang penggunaan kantung plastik sekali pakai di pasar modern atau tradisional.

Gagasan ini seiringan dengan hasil surbei yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Jakarta dan Gerakan Indonesia Diet Kantung Plastik. Survei itu menunjukkan warga Jakarta ingin mengurangi pemakaian plastik kresek dan setuju jika pemerintah meregulasinya.

Laporan sintesis yang dikeluarkan World Bank tahun lalu menemukan bahwa komposisi sampah kantung plastik di sungai Jakarta tergolong besar, yaitu 21.6 persen atau kedua terbesar setelah kategori sampah organik lain yang jumlahnya mencapai 52,1 persen.

Persentase yang cukup besar ini tidak mengejutkan karena kebanyakan orang biasa membuang sampah dengan kantung plastik, sebut laporan itu.

Baca juga: Dua Bulan Lagi, DKI Punya Pergub Larangan Kantong Plastik

4. Sedotan plastik

Ilustrasi sedotan logamLorna Roberts/Shutterstock Ilustrasi sedotan logam
Data World Bank 2018 menyebut sampah sedotan plastik termasuk ke dalam lima jenis sampah yang paling banyak ditemukan di Indonesia.

Organisasi Divers Clean Action (DCA) menyebut bahwa sampah sedotan plastik di Indonesia mencapai lebih dari 93,2 juta per hari.

Untuk diketahui, sedotan plastik membutuhkan waktu selama 500 tahun untuk bisa terurai secara alami.

Baca juga: Dari Sedotan sampai Kulkas, Temuan Sampah di Laut Indonesia

5. Styrofoam

Pembeli dapat membawa pulang durian dengan dibungkus menggunakan styrofoam di Stan Durian Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa (10/03/2015).Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo Pembeli dapat membawa pulang durian dengan dibungkus menggunakan styrofoam di Stan Durian Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa (10/03/2015).

Selain sampah plastik, styrofoam juga termasuk sampah yang paling banyak ditemukan di lingkungan.

Ini karena styrofoam menjadi alternatif yang paling banyak dipilih untuk mengganti kemasan makanan plastik. Padahal butuh waktu sampai 80 tahun untuk menguraikan styrofoam secara alami.

Baca juga: Ada Larangan Penggunaan Styrofoam, Industri Kemasan Sulit Bertumbuh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau