Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Studi: Tua Muda Sama Saja, Orang Indonesia Suka Sebar Hoaks

Kompas.com - 20/02/2019, 12:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Faktor agama juga berpengaruh. Survei kami menunjukkan bahwa mereka yang rendah kepercayaan agamanya akan lebih rentan menyebarkan hoaks. Namun, temuan ini punya kemungkinan bias-di Indonesia, orang cenderung menjawab secara positif ketika ditanyakan soal agamanya.

Selain itu, survei kami juga mencatat bahwa mereka yang tidak percaya diri dengan kecakapannya bermedia sosial mempunyai kecenderungan lebih tinggi dalam menyebarkan hoaks.

Seseorang dianggap cakap dalam bermedia sosial ketika dirinya bukan hanya konsumen konten tapi juga terampil dalam produksi konten. Kepercayaan diri bermedia sosial ini tidak berhubungan dengan tingkat pengeluaran untuk internet.

Temuan penting lainnya

Temuan penting lainnya dalam survei kami menunjukkan bahwa hampir 70 persen dari responden kami di Jawa Barat memiliki kecenderungan yang rendah untuk menyebarkan hoaks.

Temuan kami ini selaras dengan penelitian sebelumnya di AS yang menunjukkan bahwa tingkat penyebaran hoaks rendah dan kecenderungan orang menyebarkan hoaks berada dalam level yang lebih rendah lagi.

Hoaks yang tersebar lebih karena ketidaksengajaan dan emosi orang awam yang dimanipulasi oleh orang-orang dengan motif politik atau ekonomi di internet.

Penelitian kami juga mengungkap bahwa mayoritas masyarakat Jawa Barat memiliki tingkat kemampuan identifikasi hoaks sedang.

Artinya 60,8% masyarakat Jawa Barat hanya mampu mengidentifikasi hoaks sebanyak 25%-50% dari soal yang kami berikan. Sementara, 31,5% tidak mampu mengidentifikasi sama sekali dan 7,7% memiliki kemampuan mengidentifikasi hoaks sebanyak 75%-100% dan hanya 4% yang mampu mengidentifikasi semua hoaks yang kami berikan.

Dalam analisis lanjutan, kami menemukan bahwa format atau platform berpengaruh pada kemampuan seseorang mengidentifikasi hoaks.

Selama penelitian, kami menggunakan dua berita hoaks dalam format tangkapan layar berita daring yang biasa dibagikan di media sosial seperti Facebook dan Twitter dan dua kabar bohong lainnya yang disebarkan lewat WhatsApp.

Kami mengambil konten ini dari laman penggemar Turn Back Hoax di Facebook untuk menjamin bahwa semua informasi yang kami pakai telah terbukti sebagai hoaks.

Metode pengujian ini pula yang membedakan penelitian kami dengan penelitian di AS yang disebutkan di paragraf pertama. Penelitian di AS fokus dengan hoaks di Facebook, sedangkan kami menguji responden dengan hoaks berita daring dan WhatsApp.

Pada masing-masing format, kami menggunakan hoaks yang menyerang atau mendukung kedua kubu calon presiden baik Jokowi maupun Prabowo Subianto. Hal ini dilakukan secara berimbang untuk mengurangi bias konfirmasi dari kedua pendukung pasangan calon.

Hasil analisis menunjukkan siapapun pilihan presidennya tidak memprediksi kecenderungan untuk menyebarkan hoaks.

 

Salah satu tangkapan layar hoaks yang kami pakai sebagai bahan uji.facebook.com/TurnBackHoaxAuthor provided (No reuse)

Survei kami juga menunjukkan responden kami lebih mudah mengidentifikasi hoaks yang beredar di media sosial ketimbang di WhatsApp. Tingkat keberhasilan responden untuk mengidentifikasi hoaks di media sosial mencapai 9,3%, sedangkan di Whatsapp hanya 6,3%.

Walaupun secara umum kecenderungan untuk menyebarkan hoaks relatif rendah di Jawa Barat, namun kabar buruknya adalah kemampuan mengidentifikasi hoaks ternyata tidak bisa memprediksi kecenderungan orang untuk menyebarkan hoaks.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com