Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reorganisasi LIPI Jalan Terus, Eksekusinya Diperbaiki

Kompas.com - 09/02/2019, 10:43 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

Dinilai Tetap Diperlukan

Dalam rencana reorganisasi, Handoko bermaksud membuat LIPI fokus sebagai lembaga riset.

Salah satu kebijakannya adalah membuat layanan satu atao untuk administrasi sehingga peneliti bisa bebas dari beban tersebut.

Kebijakan lainnya adalah membuka fasilitas LIPI untuk peneliti dari lembaga lain sehingga meningkatkan potensi kolaborasi dan publikasi.

Peneliti otonomi daerah Syarif Hidayat mengkritik, reorganisasi yang bermaksud membuat LIPI fokus sebagai lembaga riset akan mereduksi peran LIPI.

Menurutnya, LIPI adalah lembaga ilmu pengetahuan, bukan lembaga riset. Peran LIPI tidak hanya meneliti tetapi juga memberikan rekomendasi kebijakan.

Salah satu contoh, Pusat Penelitian Biologi tidak hanya berperan meneliti satwa liar tetapi juga memberi rekomendasi soal pembatasan penangkapan dan perburuan satwa tersebut.

Syarif menegaskan, "Kami bukan antireformasi. Bukan kami menentang kebijakan reorganisasi dan redistribusi LIPI. Kami juga tidak gagal paham."

Pada dasarnya, Syarif setuju dengan reorganisasi. "Tetapi reorganisasi dan redistribusi yang menjami tegaknya marwah LIPI secara utuh."

Ilmuwan diaspora Indonesia di Singapura yang juga pernah berkarya di LIPI, Danang Birowosuto, mengungkapkan bahwa LIPI masih kurang efisien sehingga reorganisasi tetap diperlukan.

Baca juga: Rombongan Peneliti LIPI Bertepuk Tangan Dengar Pimpinannya Diusulkan Dicopot

Menurut Danang, Pusat Penelitian Nasional Perancis (CNRS) pun memiliki struktur yang mirip dengan gagasan Handoko.

CNRS memiliki kantor pusat yang ada di Paris sementara penelitinya tersebar di berbagai pusat dan bahkan universitas.

Danang yang juga punya pengalaman bekerja di CNRS International NTU Thales Research Alliance mengatakan, peneliti lembaga itu punya kewajiban meneliti, bahkan mengajar.

"Di Universite de Lille, ada lab CNRS untuk mikroelektrik. Peneliti membantu profesor di universitas dalam riset dan mereka juag jadi co-pembimbing langsung. Sehari-hari mereka ke universitas," ungkapnya.

Dengan track record mengajar, meski pensiun di usia 55 tahun seperti digagas dalam aturan pemerintah yang baru, peneliti dapat melanjutkan karir sebagai dosen.

Dewi Fortuna mengungkapkan, banyak pemikiran Handoko dalam kebijakan reorganisasi yang bagus. Namun sebelum diimplementasikan perlu didiskusikan.

Ekonom LIPI Maxentius Tri Sambodo, proses reorganisasi mencabik-cabik LIPI sehingga tidak memungkinkan untuk menumbuhkan semangat kolaborasi. "Proses ini banyak kekurangan, ayo kita benerin," katanya.

LIPI menjadi lembaga ilmu pengetahuan kebanggaan Indonesia. Dengan anggaran riset hanya 2 persen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), lembaga itu mampu menghasilkan riset berdampak seperti temuan tawon Garuda hingga jejak gempa di selatan Jawa.

Bukan hanya kesatuan LIPI yang perlu dipertahankan. Lembaga ini perlu lebih maju. Peneliti LIPI, bukan hanya yang kontra, perlu bersuara terkait reorganisasi.

Baca juga: Datang ke DPR, Rombongan Peneliti Keluhkan Kepala LIPI yang Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com