KOMPAS.com — Perubahan iklim memiliki dampak luas untuk seluruh negeri, salah satunya membuka lanskap Arktik yang tidak terpapar matahari selama 40.000 tahun lebih.
Tempat itu adalah pulau Baffin. Sebuah pulau beku di lingkaran Arktik antara Greenland dan pantai utara Kanada.
Pulau Baffin memiliki fyord yang dalam dan gletser kuno. Fyord merupakan semacam teluk yang berasal dari lelehan gletser yang sangat tebal dan berat.
Tak heran, tempat itu disebut sangat sempurna untuk mempelajari pola zaman es.
Baca juga: Berkat Perubahan Iklim, Korea Selatan Bisa Produksi Pisang dan Mangga
Melansir Science Alert, Selasa (29/1/2019), perubahan pada pulau Baffin diamati dan dirasakan oleh seorang ahli geologi dan paleoklimatologi Gifford Miller dari Universitas Colorado Boulder.
Selama 40 tahun terakhir, ia selalu melakukan perjalanan ke pulau Baffin hampir di setiap musim panas. Menurutnya, pulau Baffin yang dulu jauh berbeda dengan sekarang dan hal itu sangat mengganggunya.
Arktik adalah salah satu lokasi di dunia yang memanas dua sampai tiga kali lebih cepat dibanding tempat lain.
Jika hal ini terus berlanjut, Miller yakin semua gletser di pulau Baffin akan benar-benar hilang dan tak tersisa lagi.
"Tidak seperti biologi yang menghabiskan tiga miliar tahun terakhir untuk bisa bertahan dari dampak perubahan iklim, gletser tidak memiliki strategi untuk bertahan," ujar Miller.
"Adanya gletser bisa jadi petunjuk tentang suhu di alam. Kalau bumi sedang hangat, gletser akan mencair, tapi saat dingin (gletser) mereka ada. Hal ini menjadikan gletser sebagai alat yang paling andal untuk mengamati perubahan suhu," sambungnya.
Di sepanjang tepian gletser yang mencair, Miller dan timnya menemukan lumut kuno. Kemungkinan besar lumut itu bersembunyi di balik gletser selama ribuan tahun.
Kini, gara-gara perubahan iklim aneka tanaman kuno mungkin akan memperlihatkan wujudnya dan bangun dari tidur panjang.
"Hal aneh tentang lumut kuno ini adalah bisa tumbuh lagi. Jadi mereka mirip seperti zombie yang bangun dari tidur panjangnya," ujar Miller dalam dokumentasi video pendek saat ada di sana.
Selain lumut kuno yang ditemukan Miller, Agustus tahun lalu sekelompok ilmuwan mengumpulkan 48 sampel vegetasi dari tepi 30 lapisan es di pulau Baffin.
Dengan menggunakan penanggalan radiokarbon, mereka memperkirakan bahwa sampel tanaman itu dikurung es selama 40.000 tahun atau mungkin 120.000 tahun.
Perkiraan paling konservatif, tanaman itu mungkin berasal dari zaman es terakhir, saat suhu Bumi jauh lebih dingin dibanding sekarang. Saat itu mungkin dataran tinggi tundra di pulau itu terkubur es yang kita lihat saat ini dan membekukan aneka tanaman.
Tapi kini, karena ulah kita yang menyebabkan perubahan iklim, tanaman kuno yang terkubur selama ribuan tahun itu kembali.
Menurut data suhu dari inti es Kutub Utara, ini adalah abad terhangat yang pernah dilewati wilayah tersebut selama 115.000 tahun.
Baca juga: 2030, Ratusan Ribu Orang Akan Meninggal karena Perubahan Iklim
Bagi para ahli, mencairnya gletser di Arktik adalah peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya dan telah menyentuh hampir setiap sudut pulau Baffin.
Jika tidak ada yang berubah, para ahli memperkirakan hanya dalam beberapa abad ke depan pulau tersebut bersih dari es.
Dampak perubahan iklim dirasakan semua negeri. Mulai dari populasi ikan di Samudra Arktik yang hilang dari habitat asal, buah pisang dan mangga yang bisa tumbuh subur di Korea Selatan, 60 persen varietas kopi terancam punah, ramalan ratusan ribu orang akan meninggal pada 2030, dan masih banyak lagi.
Jadi, apa yang ditunggu lagi untuk melakukan perubahan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.