Tahun 1954, kejadian serupa kembali terulang. Kali ini yang sedang berpidato adalah Dwight D Eisenhower, Presiden ke-34 AS.
Meski "bencana" terjadi, tapi para politisi mulai menyadari pentingnya teleprompter dalam pidato mereka. Itu terutama dalam menyangkut kemampuan berbicara dan hubungan dengan audiens.
Pendapat ini ditegaskan oleh Kathleen Hall Jamieson, ahli komunikasi politik dari University of Pennsylvania.
Jamieson mengatakan, ada perasaan berbeda ketika pembicara berkomunikasi dengan menatap langsung ke kamera alih-alih sering melihat teks.
Selanjutnya, dalam bidang politik, teleprompter makin sering dimanfaatkan untuk membantu para politisi berpidato.
Meski terkenal dalam kontestasi politik, ide awal teleprompter sebetulnya jauh dari bidang tersebut.
Perangkat ini dimulai pada tahun 1948. Kala itu, untuk acara ragam televisi atau opera sabun para aktor dan pelaku harus menghafal banyak teks.
Cara ini tentu menyulitkan bagi para pelaku di depan layar. Dari situ, aktor Fred Barton Jr memiliki ide untuk membantunya menghafal sejumlah besar dialog.
Barton menyampaikan idenya pada Irving Khan, wakil pimpinan 20th Century Fox. Tertarik dengan ide tersebut, Khan memanggil Schlafy dan bertanya apakah ide itu mungkin diwujudkan.
Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Viagra, Obat Jantung Penawar Disfungsi Ereksi
Ketika itu, Schlafy adalah insinyur listrik sekaligus direktur penelitian televisi.
Schlafy berhasil membuat teleprompter pertama. Setelah berhasil menciptakannya, ketiga orang itu mengajukan perangkat ini ke 20th Century Fox.
Sayangnya, perusahaan itu tak tertarik. Akhirnya, mereka keluar dari perusahaan tersebut dan mendirikan perusahaan mereka sendiri yang diberi nama TelePrompTer Corporation.
Pada 21 April 1949, Schlafy bahkan mengajukan permohonan paten untuk alat tersebut.
Tahun-tahun selanjutnya, perusahaan TelePrompTer terus menyempurnakan alat-alat buatannya. Tapi, perkembangan alat itu juga terjadi di luar perusahaan dengan beberapa orang yang membuat versi masing-masing.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.