"Kami menemukan bahwa spesies ular di darat memiliki racun terbanyak, dibandingkan ular yang tinggal di pohon dan air," kata Dr Andrew Jackson, peneliti dari Trinity College Dublin.
Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh seberapa sering ular bertemu mangsa di lingkungan yang berbeda.
Hasil penelitian ini pun akhirnya dapat membantu pemahaman kita dalam hal gigitan ular pada manusia.
"Gigitan ular adalah masalah utama di seluruh dunia. Setidaknya ada 2,7 juta kasus setiap tahun. Memahami bagaimana racun berevolusi dapat membantu kita mengidentifikasi risiko denganlebih baik dari berbagai kelompok ular," kata Dr. Chris Carbone dari Institute of Zoology London.
Penelitian ini juga dapat membantu para peneliti memprediksi potensi racun pada spesies yang belum diuji, dan bahkan menentukan potensi yang bermanfaat untuk kesehatan seperti pengembangan obat misalnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.