"Kemana pun kamu pergi, kamu membawa mikroba bersamamu," kata Hartmann.
Hasilnya menunjukkan bahwa sementara bakteri yang kembali telah bermutasi secara berbeda dari rekan-rekan mereka yang membumi, mereka tidak mengembangkan sifat genetik yang jelas dari super.
"Berdasarkan analisis genomik, sepertinya bakteri beradaptasi untuk hidup - tidak berevolusi untuk menyebabkan penyakit," kata Ryan Blaustein, salah satu co-author penelitian ini.
"Kami tidak melihat sesuatu yang istimewa tentang resistensi antibiotik atau virulensi pada bakteri stasiun ruang angkasa," imbuh rekan pascadoktoral di laboratorium Hartmann tersebut.
Untuk perjalanan ruang angkasa jangka panjang ini merupakan kabar yang sangat baik. Pasalnya, berbeda dengan astronot yang harus memiliki kriteria kesehatan khusus, di masa depan ketika tur antariksa dilaksanakan maka siapa saja bisa membawa bakteri di tubuh mereka.
"Astronot adalah orang yang sangat sehat. Tetapi ketika kita berbicara tentang memperluas penerbangan luar angkasa ke turis yang belum tentu memenuhi kriteria astronot, kita tidak tahu apa yang akan terjadi," kata Hartmann.
"Kita tidak bisa mengatakan bahwa jika Anda menempatkan seseorang dengan infeksi ke dalam gelembung tertutup di antariksa maka itu tidak akan ditransfer ke orang lain. Ini seperti ketika seseorang batuk di pesawat, dan semua orang sakit," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.