Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tertangkap Kamera, Ular Piton "Gendong" Katak Tebu di Australia

Kompas.com - 31/12/2018, 18:33 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

KOMPAS.com - Seorang petani di ujung utara Australia Barat telah mengabadikan pemandangan yang tidak biasa. Pemandangan tersebut adalah sejumlah katak tebu "digendong" seekor ular di tengah malam.

Paul Mock sedang memeriksa bendungan di tanah pertaniannya di luar Kununurra dekat perbatasan Wilayah Utara Australia (NT) ketika dia menemukan sejumlah hewan amfibi menumpang diatas tubuh seekor ular tersebut.

Banjir yang berlangsung malam sebelumnya memaksa dia untuk bangun sekitar jam 1:30 pagi untuk menutup katup bendungan. Ketika dia melihat air telah naik sebatas di mana ribuan katak terpaksa mencari tempat yang lebih tinggi.

"Saya perhatikan karena airnya sangat tinggi, sehingga telah membanjiri semua liang katak tebu yang hidup di sekitar tepi danau. Jadi mereka semua berada di atas tanah, jumlah mereka ribuan," kata Mock.

Baca juga: Nyaris Dicerna, Ular Jenis Baru Ditemukan di Perut Ular Lain

Dia kemudian pergi untuk menyelidiki sisi lain dari bendungan kalau-kalau banjir telah menghanyutkan jalan, ketika dia menemukan katak tampak bergerak merayap.

"Ketika saya setengah jalan melintasi halaman, saya menabrak ular itu dan ia hanya merangkak bersama semua katak yang tergantung di atas badannya, yang saya pikir sangat luar biasa dan belum pernah melihat yang seperti itu sebelumnya,' ujar Mock.

"Jadi saya pikir saya lebih baik memotret kejadian itu dan memvideokannya. Kemudian saya mengunggahnya ke saudara saya yang berada di Selandia Baru. Dengan zona waktunya dia sudah bangun. Dia mulai men-tweet dan kemudian menjadi viral," imbuhnya.

Pail Mock sudah tahu ada banyak katak tebu yang terkubur di bawah halaman di sekitar danau itu, tetapi belum menyadari berapa banyak jumlah mereka.

Dia mengatakan ada ribuan katak tebu di lahan miliknya, banyak di antaranya menjadi sangat lincah di tengah badai.

"Sangat mengejutkan ada berapa banyak populasi katak di sana. Saya tidak menyadari berapa banyak yang bersembunyi di sana sampai mereka semua 'disiram'," katanya.

"Kami tidak suka bendungan menjadi setinggi itu karena ada risiko akan meledak dan menghancurkannya, jadi itu tidak biasa bagi liang mereka terkena banjir," imbuhnya.

Mock menuturkan, katak tebu biasanya keluar di malam hari. Katak-katak itu tidak suka panas, mereka suka hujan.

"Mereka semua berkembang biak pada malam hari, berkelahi memperebutkan betina, jadi itu pemandangan yang bagus untuk dilihat," tutur Mock.

Paul Mock memiliki seekor anjing peliharaan, tetapi karena sering memimpin, biasanya aman dari ancaman racun katak.

Baca juga: Digigit Ular, Ahli Reptil Ini Justru Mencatat Kematiannya Sendiri

"Kami hanya membawanya karena dia bukan anjing yang sangat taat. Kami tidak ingin dia mengejar walabi ke semak-semak, di mana ada dingo (sejenis anjing liar)," ucap Mock.

Ular yang menggendong katak-katak tebu itu menarik perhatian Mock. Bahkan, Mock menamainya Monty.

"Kami memanggilnya Monty karena ia biasa menggantung di sekitar tempat itu. Ia ular yang biasa tinggal disini," katanya.

"Kami sering melihatnya di sekitar jemuran dan di semak-semak. Pertemuan besar terakhir kami dengannya adalah ketika ia makan walabi. Dan ia begitu kenyang hingga tidak bisa bergerak. Kita sebenarnya bisa naik dan menyentuhnya," imbuh Mock.

Meski begitu, ular ini cukup agresif kalau disentuh. Itu karena pada dasarnya, ia tidak berdaya dan rentan karena perutnya penuh.

Katak tebu adalah binatang asli Amerika Selatan dan Amerika Tengah tetapi telah menyebar ke banyak bagian Australia sejak diperkenalkan pada tahun 1935.

Paul Mock mengatakan meski sedih bahwa ada begitu banyak katak tebu di wilayahnya, ada semacam ironi mengenai bagaimana Monty telah beradaptasi dengan mereka.

"Ini membesarkan hati dengan cara mengetahui ular itu cukup pintar untuk tidak memakan katak tebu dan bertahan hidup, dan mereka hidup bersama dan melanjutkan satu sama lain," katanya.

"Bagi saya, Anda bisa melihat sisi positifnya melihat fakta bahwa hewan-hewan Australia telah terbiasa dengan katak tebu," sambung Mock.

Meski begitu, katak tebu tetap masih merugikan bagi warga sekitar. Misalnya saja banyak goanna (kadal asli Australia) yang banyak mati ketika katak tebu pertama kali "pindah" ke kota.

Baca juga: Demi Makan dan Pasangan, Ular Kobra Bisa Jadi Kanibal

Bahkan, hingga kini, populasi goanna masih belum kembali.

"Ada beberapa reptil yang tidak mengatasinya, tetapi python zaitun sepertinya sudah bisa menemukan sela untuk hidup bersama dengan katak tebu," pungkas Mock.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com