Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Rilis Jumlah Gempa Selama 2018, Begini Tanggapan Para Ahli

Kompas.com - 30/12/2018, 12:05 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Selain itu, Irwan juga menyarankan pemerintah memperhatikan potensi bencana di daerah dalam pembangunan.

"Membangun infrastruktur yang sesuai dengan risikonya. Itu yang sering kita lihat misalnya di daerah Lombok, masih banyak sekolah-sekolah dan fasilitas publik tidak tahan gempa," jelas Irwan.

Baca juga: Sepekan Terus Diguncang Gempa, Apa yang Terjadi di Mamasa?

"Kita harapkan tahun depan dibangun sesuai dengan potensinya. Jadi, ketika terjadi gempa kita sudah siap dengan risikonya," tambahnya.

Danny juga menyayangkan bahwa saat ini kebijakan pemerintah malah tidak memprioritaskan aspek kebencanaan.

"Karena mitigasi itu kan menyangkut investasi. Kalau salah-salah menempatkan investasi di tempat rawan bencana, amblas itu investasinya juga," tutur Danny.

"Jadi mitigasi kebencanaan itu harus disatukan dengan rencana pembangunan, tidak bisa dipisahkan," tegasnya.

Di era pembangunan seperti sekarang, Danny menegaskan seharusnya pemerintah memperhatikan aspek kebencanaan ini. Sayangnya, bagi Danny, masih banyak masyarakat dan pejabat yang belum peduli terkait aspek tersebut.

Sependapat dengan dua pakar lainnya, Eko juga menyebut pembangunan berbasis aspek kebencanaan memang penting. Eko menyarankan pembangunan ini bukan hanya pada pemerintah saja, tapi di masyarakat juga.

"Saya menyarankan Pemerintah dan Pemerintah Daerah membuat program intensif kampanye ruang aman: Satu Keluarga Satu Ruang Aman," kata Eko.

"Ini hal yang paling mudah dilakukan oleh semua orang setidaknya untuk mengurangi korban jiwa akibat gempa bumi," imbuhnya.

Menurut Eko, ruang aman ini bisa benar-benar berupa sebuah ruangan (misalnya ruang tidur) yang diperkuat sehingga bisa digunakan untuk berlindung ketika terjadi gempa.

"Bisa juga hanya kamar mandi yang diperkuat supaya tidak terlalu mahal, atau bahkan perabot seperti meja atau tempat tidur yang diperkuat sehingga dapat digunakan dari robohnya bangunan dan atap yang roboh akibat gempa," tegasnya.

Baca juga: Ada Potensi Gempa di Surabaya dan Madura, BMKG Beri Klarifikasi

Data BMKG

Sebelumnya, BMKG merilis data mengenai jumlah gempa bumi yang terjadi di Indonesia selama 2018.

"Berdasarkan data gempa di Pusat Gempa Nasional BMKG, selama tahun 2018 di
wilayah Indonesia terjadi aktivitas gempa sebanyak 11.577 kali dalam berbagai magnitudo dan kedalaman," tulis Rahmat Triyono, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG.

"Sementara pada tahun 2017 jumlah aktivitas gempa yang terjadi hanya 6.929 kali," imbuhnya.

Dengan kata lain, selama tahun 2018 telah terjadi peningkatan jumlah aktivitas gempa yang drastis di Indonesia, yaitu 4.648 kejadian gempa tektonik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com