Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prihadi Murdiyat
Dosen Politeknik Negeri Samarinda serta Peneliti WSN dan pemanfaatannya

Dr. Ir. Prihadi Murdiyat, MT adalah dosen Jurusan Teknik Elektro dan juga dosen Jurusan Teknologi Informasi di Politeknik Negeri Samarinda. Prihadi juga peneliti Wireless Sensor Network (WSN) dan pemanfaatannya. Lulusan Curtin University, Perth, Western Australia, PhD on Electrical and Computer Engineering; Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Magister Teknik, Teknik Elektro; dan Universitas Brawijaya Malang, Sarjana Teknik, Teknik Elektro.

Menimbang Underwater Wireless Sensor Network, Sistem Peringatan Dini untuk Tsunami

Kompas.com - 28/12/2018, 18:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh karenanya Louise yang telah membicarakan perihal pemasangan jaringan sensor bawah laut di sekitar Sumatera bersama tiga instansi di Indonesia, menyayangkan tertundanya kerjasama karena belum adanya kesepakatan (Detik.com 01/10/2018).

Mengabaikan penggunaan 22 buah buoy dan sistem yang ditawarkan oleh Louise Comfort sebenarnya memang sangat disayangkan. Ini karena kedua sistem tersebut menggunakan teknologi wireless sensor network (WSN) yang manfaatnya sudah banyak dirasakan di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara maju.

Teknologi yang penelitian dan pengembangannya telah dilakukan secara intensif sejak akhir 1990-an hingga akhir 2000-an ini, kini sudah menjadi teknologi yang mature dan dimanfaatkan di berbagai aplikasi seperti pertanian, kesehatan, industri, militer, teknik, transportasi, olahraga, dan banyak lagi.

Pemanfaatannya pun akan semakin bertambah dengan berkembangnya penggunaan internet of things (IoT) di berbagai bidang.

Tanpa mengecilkan fungsi alat-alat ukur dan deteksi yang selama ini telah digunakan, kehadiran teknologi WSN telah terbukti memperkuat fungsi sistem-sistem yang ada.

Pemodelan matematis dengan komputer akan semakin akurat karena bertambahnya variabel-variabel ukur yang sebelumnya tidak bisa didapatkan.

Dalam kaitannya dengan deteksi dini tsunami dan eksplorasi kekayaan bawah air, berbagai jaringan sensor nirkabel bawah permukaan air / underwater wireless sensor network (UWSN) telah dipasang di beberapa negara.

Di Amerika Serikat, contohnya, sepuluh buoy dipasang di perairan Pasifik dan lima buoy di perairan Atlantik/Karibia untuk mendukung sistem The Deep-ocean Assessment and Reporting of Tsunamies (DART) sebagai sistem peringatan dini tsunami bagi rakyat Amerika Serikat.

Selain memasang buoy, sistem yang dioperasikan oleh badan nasional administrasi oseanik dan atmosferik (NOAA) ini juga menempatkan sensor bawah air (diberi nama tsunamometer) yang terhubung dengan jangkar untuk mengukur tekanan air di dasar laut.

Termasuk di dalamnya adalah kemampuan sistem untuk mendeteksi false alarm dan evakuasi yang tidak perlu.

Di Australia, UWSN dipasang di Great Barrier Reef, sebuah area terumbu karang yang luas, untuk memantau kesehatan terumbu karang dengan mengukur suhu air dan kecerahan cahaya di bawah permukaan laut.

CSIRO, badan penelitian Australia, juga memasang UWSN di beberapa perairan Australia untuk mengamati kondisi lautnya.

Sistem ini bahkan digabung dengan penggunaan autonomous underwater vehicle (AUV) yang mampu melakukan perjalanan observasi bawah laut secara mandiri sesuai dengan program yang diberikan.

Sementara itu, UWSN dan pemodelan dengan komputer dikembangkan di Spanyol untuk memetakan jumlah ikan di suatu daerah. Tak ketinggalan, Indiapun juga membangun dua sistem berbasis UWSN yang ditujukan untuk memonitor polusi dalam laut serta memantau kehadiran kapal selam negara asing.

Melihat berbagai aplikasi yang dikembangkan oleh negara-negara tersebut, Indonesia juga layak membangun UWSN-nya sendiri karena memiliki laut yang luasnya 70 persen dari keseluruhan wilayahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com